Medan, PILAREMPAT.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara menilai stabilitas sektor jasa keuangan di Sumatera Utara tetap terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang kontributif, didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara spesifik
terlihat dari peningkatan ekspor yang mencatat surplus 393,82 juta dolar
AS pada Maret 2024, didorong oleh
permintaan kuat dari negara-negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat,
India, dan Jepang.
“Meskipun menghadapi tantangan dari ketidakpastian global yang berisiko terhadap sektor pertanian, ekonomi Sumatera Utara tetap menunjukkan ketahanan dengan dukungan dari sektor industri dan ekspor," ujar Wan Nuzul Fachri (foto), Deputi Direktur Managemen Strat EPK dan Kemitraan Pemerintah Daerah.
Secara keseluruhan, dijelaskan Nuzul, ekonomi Sumatera Utara
mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,01 persen di tahun 2023, meningkat dari tahun
lalu (4,73 persen). Peningkatan ini didorong oleh investasi, konsumsi
pemerintah, dan aktivitas ekspor-impor, bersamaan dengan percepatan pembangunan
Proyek Strategis Nasional dan persiapan PON. Pembangunan infrastruktur, seperti
Bandara A.H. Nasution dan revitalisasi fasilitas umum di Medan, juga
mempengaruhi pertumbuhan ini. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tetap kuat,
meskipun pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan dan penumpang pesawat telah
ternormalisasi.
Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi yang positif serta
stabilitas sektor keuangan yang terjaga memberikan dasar yang kuat bagi
pengembangan lebih lanjut dalam sektor ekonomi dan keuangan, serta memperkuat
upaya menuju inklusi keuangan yang lebih luas dan berkelanjutan di Sumatera
Utara.
Perkembangan Sektor Perbankan
Sektor perbankan Sumatera Utara menunjukkan
ketahanan dengan adanya peningkatan modal dan likuiditas hingga Februari 2024.
Pertumbuhan kredit yang solid tercatat sebesar 2,96 persen year-on-year (yoy),
menandai peningkatan dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 2,79
persen yoy. Ini mencerminkan kekuatan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus
berlanjut.
Penyaluran kredit didominasi oleh kredit produktif, mencapai Rp178,10 triliun atau 69,50 persen dari total kredit, mengalami pertumbuhan yang cenderung stagnan dan sedikit termoderasi sebesar negatif 0,17 persen yoy.
Perlambatan kredit produktif turut dipengaruhi oleh distribusi
kredit Investasi yang terkontraksi sebesar negatif 10,95 persen yoy,
dipengaruhi oleh sektor perkebunan dan industri pengolahan komoditas kelapa
sawit yang melambat seiring dengan masih lemahnya harga crude palm oil (CPO) di
pasar global. Sementara itu, kredit Modal Kerja bertumbuh cukup baik sebesar
7,09 persen yoy sehinga kontraksi kredit secara total tidak terlalu dalam.
Meskipun demikian, kredit produktif menunjukkan
pemulihan yang signifikan, terutama dalam sektor pengolahan minyak goreng dari
sawit, yang tumbuh sebesar 17,09 persen yoy. Peningkatan ini didorong oleh
permintaan domestik yang kuat, perbaikan kondisi pandemi, serta penerapan
program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, termasuk program B35 dan B40
yang dijalankan pemerintah, yang semakin meningkatkan kinerja industri
pengolahan.
Upaya untuk memperluas akses keuangan bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berlanjut untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Per Februari 2024, penyaluran kredit
kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp78,69 triliun dengan pertumbuhan
sebesar 12,46 persen yoy. Andil kredit UMKM terhadap total kredit juga telah
melewati target yang dicanangkan oleh pemerintah sebesar 30 persen (Februari
2024: 30,71 persen, meningkat cukup substansial dibandingkan Februari 2023 yang
tercatat 28,12 persen).
Pertumbuhan kredit UMKM yang cukup signifikan
didorong oleh pertumbuhan kredit segmen usaha mikro yang memiliki share
outstanding terhadap kredit UMKM total sebesar 50,51 persen, diikuti oleh segmen
kecil 28,02 persen dan menengah 21,47 persen. Pola penyaluran kredit mikro
mulai mendominasi dibandingkan segmen kredit lainnya sejak akhir 2021, yang
sebelumnya didominasi oleh kredit menengah. Pergeseran segmen kredit UMKM ini
dipengaruhi oleh munculnya beragam jenis usaha perorangan dalam era new normal
sehingga kredit yang disalurkan kepada kelompok mikro lebih besar dibandingkan
kelompok lainnya.
Penyaluran kredit konsumtif yang semakin meningkat
turut mendorong pemulihan pertumbuhan kredit provinsi secara keseluruhan.
Kredit konsumtif secara stabil mengalami pertumbuhan selama setahun terakhir
dan pada Februari 2024 mencapai Rp78,17 triliun atau bertumbuh 10,91 persen
yoy. Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan kepercayaan konsumen dan akses
yang lebih baik ke layanan keuangan.
Pertumbuhan konsumtif utamanya ditopang oleh kredit
rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 11,01 persen yoy, kredit
kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 9,39 persen yoy, dan kredit
kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 16,92 persen yoy. Salah satu
faktor yang mendorong konsumsi adalah peningkatan konsumsi pada saat libur
sekolah dan Nataru. Selain itu juga turut dipengaruhi oleh respons perbankan
dalam menurunkan suku bunga kredit konsumsi dengan tujuan mendorong tingkat
konsumsi masyarakat sejak pandemi. Rata-rata suku bunga perbankan sebelum
pandemi yang tercatat diatas 11 persen terus menurun hingga 10,19 persen pada
triwulan IV 2023.
Kualitas kredit perbankan tetap terjaga pada tingkat
yang aman, dengan rasio non performing loan (NPL) net sebesar 0,82 persen
(Desember 2023: 0,73 persen) dan NPL gross sebesar 1,96 persen (Desember 2023:
1,81 persen). Sementara itu, loan at risk (LaR) atau kredit yang berisiko juga
berhasil mengalami perbaikan hingga mencapai 8,17 persen, dipengaruhi oleh
berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sempat
stagnan selama 2023 mulai menunjukkan peningkatan. Hingga Ferbruari 2024, total
DPK yang dihimpun mencapai Rp320,30 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 6,31
persen yoy. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan simpanan Deposito sebesar
9,08 persen yoy. Secara struktur, porsi jenis simpanan terbanyak terdapat dalam
bentuk tabungan (42,67 persen), diikuti dengan deposito (39,62 persen), lalu
giro (17,71 persen).
Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan
dengan pusat operasi di Sumatera Utara pada Februari 2024 menunjukkan tingkat
likuiditas yang terjaga. Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core
(AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) meningkat
masing-masing menjadi 121,32 persen (Desember 2023: 120,45 persen) dan 27,55
persen (Desember 2023: 26,07 persen), jauh melampaui ambang batas yang
ditentukan sebesar 50 persen dan 10 persen. Hal ini menandakan tingkat kesiapan
yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera
Utara.
Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari
rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat menjadi 31,01 persen
(Desember 2023: 28,22 persen). Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal
perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial.
"Ke depan, OJK dan industri perbankan akan terus
memantau risiko pasar dan dampaknya pada risiko likuiditas terkait sentimen
suku bunga global yang masih tetap tinggi, serta potensi peningkatan risiko
kredit paska berakhirnya masa relaksasi kredit restrukturisasi terkait Covid-19
pada akhir Maret 2024. Untuk itu, perbankan diminta meningkatkan daya tahannya
melalui penguatan permodalan dan menjaga coverage CKPN secara memadai, serta
secara rutin melakukan stress test untuk mengukur kemampuan permodalannya dalam
menyerap potensi risiko," terang Nuzul. [P4/rel/sya]