Ilustrasi
perjalanan kisah Nabi Muhammad. (Foto: Beepdo.com/telisik.id)
"Dahsyatnya
Energi Sholawat"
Prof. Dr. KH. Ali
Mustafa Yaqub, MA. Rahimahumullah, pernah menyampaikan kesan menjadi thalibul
hadits seraya memotivasi,
“Di antara keistimewaan mempelajari hadits Nabi;
pertama, dengan mempelajari hadits Nabi, pelajar akan banyak bershalawat untuk
Nabi Muhammad Saw, yaitu saat disebut namanya. Kedua dengan mempelajari hadits
nabi pelajar merasa seolah-olah hidup bersama Nabi Muhammad Saw, yaitu saat
dibaca suatu peristiwa dalam hadits.
Dua kesan di atas menyadarkan diri kita bahwa saat ini kita
hidup di zaman yang sangat jauh dari zaman kenabian, jarak keduanya lebih dari
1400 tahun. Namun demikian kita harus bersyukur kepada Allah Swt atas
nikmat-Nya yang besar, yaitu Dia tidak memutuskan hubungan umat Muhammad ini
dengan nabinya, hubungan antara tetap nyambung, bahkan seolah-olah mereka hidup
sezaman. Melalui “dua penghubung; yaitu ‘perintah bershalawat’ dan terjaganya
‘hadits-hadits nabi’.”
Perintah
Bershalawat di dalam Al-Quran: Allah Swt menyeru hamba-Nya bershalawat untuk
Nabi Muhammad Saw seraya berfirman;
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat dan salamlah kalian untuk Nabi, dan
ucapkanlah salam penghormatan untuknya.” (QS. Al-Ahzab/33: 56).
Imam Al-Qurthubi
dalam kitab Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menjelaskan, bahwa melalui ayat ini
Allah Swt memuliakan nabi-Nya, baik saat masih hidup maupun setelah wafat.
Shalawat dari Allah Swt adalah rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dari para
malaikat adalah doa dan istighfar. Shalawat dari umatnya adalah doa dan
penghormatan atas kedudukannya. Shalawat wajib dibaca sekali seumur hidup,
bahwkan wajib di setiap melakukan amalan wajib yang terdapat rukun shalawat di
dalamnya.
Ayat di atas tidak
hanya menjelaskan tentang perintah Allah Swt kepada hamba-Nya bershalawat untuk
Nabi Muhammad Saw. Namun terdapat dua hal yang special di balik perintah
bershalawat di sini; pertama, perintah bershalawat special hanya untuk Nabi
Muhammad Saw tidak untuk para nabi yang lain. Kedua, Allah Swt yang memberi perintah
telah terlebih dahulu bershalawat untuk Nabi Muhammad Saw, baru kemudian
malaikat-malaikat-Nya, dan baru diperintahkan kepada hamba-hamba-Nya.
Rasulullah Saw Menjelaskan Energi Shalawat
Syadad ibn
Aush Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabada, “Sesungguhnya shalawat kalian untukku akan sampai kepadaku. Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana shalawat
kami untukmu bisa sampai kepadamu padahal kamu telah dikubur?” Beliau lalu
menjawab, “Sesungguhnya Allah Swt telah mengharamkan bumi memakan jasad para
Nabi.” (HR. An-Nasai, Ibnu Majah,
Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi).
Imam Ibnu Mulqin berkata, shalawat seorang yang sampai kepada
Nabinya merupakan “penghubung” yang menghubungkan antara dirinya dengan
Nabinya.
Shalawat yang
merupakan penghubung antara seorang Muslim dengan nabinya, tentu memberi energi
positif bagi sang pembacanya. Syaikh Dr. Ali Jumah berkata, “Salah satu upaya
seorang hamba mencegah diri dari kemaksiatan adalah menjalin “hubungan” kepada
Nabi Muhammad Saw. dengan senantiasa bershalawat. Selain itu, shalawat juga
merupakan bukti cinta seorang Muslim kepada Nabinya. Rasulullah Saw pernah
bersabda, “Tidak sempurna iman salah
seorang kalian, sehingga Aku lebih dicintainya daripada anak-anaknya,
orangtuanya, bahkan seluruh manusia.” (HR. Muslim). Maka, cinta yang
dibuktikan dengan memperbanyak shalawat akan memberi energi yang dahsyat bagi
seorang Muslim demi menjaga cintanya kepada Nabinya.
Keutamaan Bershalawat
Keagungan shalawat adalah sesempurna sifat Allah yang memerintahkannya dan semulia Nabi Muhammad Saw yang menjadi objeknya. Inilah sebabnya suatu majlis atau forum menjadi hampa tanpa adanya muatan shalawat. Keutamaan shalawat sangatlah banyak bahkan ini menjadi salah satu bukti keagungan shalawat itu sendiri. Di antara keutamaan bershalawat berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan hasan;
Keagungan shalawat adalah sesempurna sifat Allah yang memerintahkannya dan semulia Nabi Muhammad Saw yang menjadi objeknya. Inilah sebabnya suatu majlis atau forum menjadi hampa tanpa adanya muatan shalawat. Keutamaan shalawat sangatlah banyak bahkan ini menjadi salah satu bukti keagungan shalawat itu sendiri. Di antara keutamaan bershalawat berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan hasan;
Pertama, seorang
yang bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw dengan satu shalawat akan mendapat
tiga keutamaan sekaligus yaitu; Allah Swt membalasnya dengan sepuluh rahmat,
dihapusnya sepuluh kesalahan, dan diangkatnya dengan sepuluh derajat.Hal ini
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurirah bahwa Nabi Saw bersabda, “Siapa yang bershalawat kepadaku sekali,
niscaya Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim) .
Kedua, para
malaikat akan bershalawat dengan tujuhpuluh kali shalawat kepada orang yang
bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini sesuai hadits Mauquf dari
‘Abdullah bin ‘Amr, dia berkata, “Siapa
yang bershalawat kepada Nabi Saw maka para malaikat bershalawat kepadanya tujuh
puluh kali.” (HR. Ahmad).
Hadits ini dinilai hasan
oleh Imam Al-Busyairi dalam Ithaf dan Imam Al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid.
Mauquf di sini dinilai Marfu’ karena tidak mungkin berasal dari Ijtihad,
sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Suyuthi dalam Tadrib Ar-Rawi.
Ketiga, shalawat
dapat mengantarkan pengamalnya kepada posisi yang sangat mulia, paling dekat
dengan Nabi Saw di Akhirat nanti. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh
‘Abdullah bin Mas’ud bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling utama pada hari Kiamat adalah orang
yang paling banyak bershalawat untukku.” (HR. At-Tirmidzi, kualitas hasan).
Demikianlah tiga
keutamaan dari sekian banyak keutamaan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Semoga kita dapat meraih keutamaan tersebut. Dan, mari tumbuhkan spirit
bersyukur karena dengan bersyukur kepada Nabi Muhammad Saw kita bersyukur
kepada Allah Swt. Terakhir, mari kita jaga shillah yang sudah disambungkan oleh
Allah Swt, dan jangan kita lalai
sehingga ketika disebut nama Nabi Muhammad Saw kita akan senatiasa membaca
shalawat. Jangan sampai kita dinobatkan sebagai orang yang paling bakhil
sedunia Akhirat. “Yaitu, orang yang ketika disebut namaku di sisinya, dia tidak
bershalawat untukku.” (P4/JOL/Oleh: Adithiya Warman, SSI. Lc. M.Ag).