Deputi Kepala KPw BI Sumut, Ibrahim saat menyampaikan penjelasan terkait perekonomian Sumut pada kegiatan BBM secara Hybride, di Gedung BI Perwakilan Sumut, Jalan Balai Kota Medan,No.4,Medan,Selasa (26/07/2022).(Foto:Dok.BI Sumut).
Medan,PILAREMPAT.com - Inflasi tahunan Sumatera Utara pada bulan Juni 2022 meningkat sebesar 5,61% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan angka 4,18% (yoy) dan berada di atas rentang target inflasi nasional 3±1%.
“Komoditas cabai merah menjadi faktor utama
pembentukan inflasi di Sumatera Utara pada bulan Juni 2022 disebabkan oleh
menurunnya pasokan cabai merah dari dalam dan luar Sumatera Utara sebagai
dampak gangguan cuaca sehingga mendorong kenaikan harga komoditas tersebut. Beberapa
komoditas lain seperti minyak goreng, daging sapi, telur ayam, bawang merah,
dan beras mencatatkan harga di atas range maupun rata-rata harga 3 tahun
terakhir,” ujar Deputi Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI)
Propinsi Sumatera Utara (Sumut), Ibrahim, didampingi Azka Subhan Aminurridho, Deputi Kepala KPw-BI Provinsi Sumut dalam Bincang-bincang Media (BBM), di
Gedung KPw BI Sumut, Jl.Balai Kota No.4.Medan, Selasa (26/07/2022).
Pada bulan Juli 2022, ungkap Ibrahim, inflasi Sumatera Utara, baik secara bulanan maupun tahunan diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut diprakirakan dipengaruhi oleh masih tingginya curah hujan dan peningkatan sifat hujan di bulan Juli yang berpotensi mempengaruhi produktivitas sebagian komoditas, berlanjutnya kenaikan harga pupuk dan pakan ternak, tarif angkutan udara yang diprakirakan masih tinggi seiring dengan perkembangan harga avtur yang masih tinggi serta dampak kenaikan tarif listrik dan harga elpiji non subsidi.
Di sisi lain, normalisasi konsumsi masyarakat disertai upaya TPID dalam memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi serta dukungan kebijakan Pemerintah diprakirakan dapat menahan tekanan inflasi lebih lanjut.
Berbagai upaya terus dilakukan oleh KPwBI
Provinsi Sumatera Utara bersama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
salah satunya melalui penyelenggaraan operasi pasar murah. Selain itu, pengembangan
serta penggunaan pupuk organik juga akan terus didorong guna menekan biaya
produksi di tengah kondisi kenaikan harga pupuk dunia.
Secara keseluruhan tahun 2022, jelas Ibrahim,
inflasi Sumut diprakirakan akan lebih tinggi dari tahun 2021, dan berpotensi lebih
tinggi dari rentang sasaran 3%±1%. Peningkatan inflasi didorong oleh
meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan kian pulihnya perekonomian,
berlanjutnya konflik geopolitik yang mendorong kenaikan harga energi dan pangan
global, kebijakan proteksionisme pangan beberapa negara di dunia serta faktor
gangguan cuaca. Oleh karena itu, sinergi dan koordinasi melalui forum TPID
perlu senantiasa diperkuat dalam rangka penyusunan formulasi kebijakan yang
tepat guna mengantisipasi risiko-risiko tersebut agar tingkat inflasi di
Sumatera Utara tetap terjaga.
“Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera
Utara juga terus melakukan berbagai upaya perluasan implementasi dan edukasi QRIS,
perluasan elektronifikasi transaksi, serta sosialisasi Cinta Bangga Paham (CBP)
Rupiah ke berbagai lapisan masyarakat di Sumatera Utara. Upaya sosialisasi dan
edukasi QRIS dapat terus mendorong peningkatan literasi dan akseptasi
masyarakat terhadap QRIS, sebagai alternatif pembayaran nontunai yang cepat,
mudah, murah, aman dan handal. Perluasan elektronifikasi transaksi juga terus
disinergikan dengan para stakeholder terkait, khususnya pada beberapa
program elektronifikasi seperti Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah
(ETPD), Bantuan Sosial Non Tunai (BSNT) dan elektronifikasi di sektor
transportasi dan destinasi wisata. Di sisi lain, upaya dalam mendorong
pemahaman masyarakat dalam memaknai uang Rupiah juga terus dilakukan melalui
sosialisasi CBP Rupiah,” paparnya.
Bank Indonesia,sebut Ibrahim, juga kembali
mengajak masyarakat untuk bersama mendorong pemulihan ekonomi dengan
berpartisipasi pada kegiatan 3rd Sumatranomics: Call for Paper.
Kegiatan ini, terang Ibrahim lagi, merupakan merupakan
kolaborasi antara KPwBI Provinsi Sumatera Utara, ISEI Cabang Medan serta Dewan
Riset dan Inovasi Provinsi Sumatera Utara. 3rd Sumatranomics: Call for Paper
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
perkembangan ekonomi dan isu strategis yang terjadi di wilayah Sumatera,
sekaligus menggali rekomendasi dan solusi kreatif untuk mengatasi berbagai
kendala terutama dalam situasi post pandemic COVID-19 yang ada di
Sumatera, termasuk Sumatera Utara.
“Melalui berbagai upaya tersebut, diharapkan upaya
pemulihan ekonomi dapat terus berlanjut dan semakin terakselerasi,” ujarnya. [P4/sya]