BI Sumut: Masa Pandemi, Pariwisata di Sumut Masih Tertekan

/

/ Rabu, 07 Oktober 2020 / 07.28 WIB

 

MEDAN--PILAREMPAT.com  | Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Wilayah Sumatera Utara,  Wiwiek Sisto Widayat mengakui berbagai upaya memang telah dan sedang dilakukan oleh pelaku usaha pariwisata.

Menghadapi pandemi, tidak banyak yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha di sektor pariwisata yang paling terdampak. Strategi difokuskan pada upaya bertahan (survival) hingga pandemi berakhir .

“Sektor pariwisata di masa pandemi di era new normal ini masih cukup tertekan. Tapi saya melihat pelaku pariwisata tidak berputus asa terus berusaha agar kegiatan-kegiatan pariwisata berjalan dengan baik,” ungkap Wiwiek dalam Bincang Bareng Media dengan wartawan, di kantor BI Jalan Balai Kota Medan, Selasa (6/10/2020).

Wiwiek berujar, strategi pemasaran dan memanfaatkan teknologi merupakan cara untuk bertahan bagi pelaku pariwisata.

Dia menyebutkan, beberapa strategi sektor usaha penyediaan akomodasi di Sumut, yakni bersama-sama berkontribusi dalam pengendalian biaya operasional. Kemudian mengadaptasi tekhnologi yang meminimalkan kontak langsung dengan tamu.

Pelaku pariwisata juga menyesuaikan strategi pemasaran dan SOP Operasional dengan Era New Normal,” ujarnya.

Selain itu, pelaku pariwisata tentunya harus bertahan dengan mengedepankan CHSE (Clean, Healty, Safety, Environment) yaitu kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup dalam tempat-tempat wisata untuk memastikan keamanan wisatawan.

“Program sosialisasi CHSE dilakukan secara berkala. Khusus Medan, ada di Perwal No.26 Tahun 2020,” kata Wiwiek.

Selanjutnya meninjau pelaksanaan CHSE di operasional members, dan mendistribusikan Panduan Pelaksanaan CHSE di Hotel dan Restauran.

Mengutip Focus Group Discussion (FGD) dengan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) dan ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia) Sumatera Utara, Wiwiek menjelaskan terkait aktivitas sektor tour & travel di Sumut.

Disebutkannya, sumber pendapatan Biro Perjalanan dan Wisata (BPW) atau Tour & Travel berasal dari penjualan paket wisata Inbound tour, penjualan paket wisata Outbound tour, penjualan paket wisata Domestic tour, penjualan paket umroh & Holyland tour.

“Saat ini sudah ada ‘kan yang mendaftar umroh,” ucapnya.

Sumber pendapatan lainnya juga berasal dari penjualan tiket (domestic & international), jasa penjualan voucher hotel, dan penyewaan transportasi (rent car, mini bus, big bus).

Diungkapkannya, dalam menjalanlan strategi sektor tour & travel di Sumut, para pelaku pariwisata melakukan saving cost atau penghematan terhadap biaya operasional, yang hanya dikeluarkan untuk biaya perawatan aset perusahaan  kendaraan).

Sedangkan Dream Now Travel Later/Pay Now Travel Later, hanya dapat melakukan promosi di saat pandemi dengan harapan jika kondisi pulih wisatawan berminat mengunjungi kawasan wisata Sumut, termasuk mempromosikan kesiapan CHSE.

Di masa pandemi ini, pelaku pariwisata juga mencoba beralih memulai usaha lain, umumnya sektor perdagangan. Kemudian melakukan restrukturisasi kredit investasi di perbankan.

“Dengan kondisi pandemi ini, pelaku pariwisata merumahkan sebagian besar tenaga kerja dengan perjanjian yang bersifat kekeluargaa,” kata Wiwiek.  [P4/sya]


Komentar Anda

Berita Terkini