PILAREMPAT.COM,MEDAN | Meskipun Sumut pada bulan September
2019 mengalami deflasi yang signifikan sebesar 1.81%, sehingga mampu
menekan laju tekanan inflasi Sumut
selama tahun berjalan menjadi 3.49%.
“Namun Sumut
memang masih menjadi provinsi dengan laju tekanan inflasi terbesar dan terburuk di
Indonesia. Sumut sangat kedodoran diawal dalam mengendalikan inflasi,” kata
Gunawan Benjamin, SE,MSi, Senin (6/10/2019).
Menurut Gunawan,
faktor terjadinya erupsi sinabung, serangan hama, curah hujan rendah, yang
membuat produktifitas tanaman pangan khususnya cabai mengalami penurunan dan harganya
naik sangat tajam. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat laju tekanan inflasi
Sumut pada dua bulan lalu sempat menyentuh 5.3% selama tahun berjalan.
“Tetapi saat ini
kondisinya mulai pulih, saya masih optimis Sumut di November nanti laju tekanan
inflasi berjalannya bisa di bawah 3 persen. Meskipun sulit untuk mengimbangi
realisasi laju tekanan inflasi di sejumlah provinsi di pulau jawa. Yang sejauh
ini bahkan Jatim hanya merealisasikan inflasi sebesar 1,4 persen saja,” terang
Gunawan yang juga dosen Fakuktas Ekonomi di PTN&PTS di Medan ini.
Jadi, ungkap dia,
besaran inflasi Sumut hingga akhir tahun nantinya, akan sesuai dengan sasaran
target realisasi inflasi sebesar 3.5% minus 1%. Artinya, Sumut berpeluang
mencetak inflasi dalam rentang batas bawah sasaran Bank Indonesia.
“Kuncinya ada di
bulan Oktober dan November. Karena kita berharap ada deflasi lanjutan di dua
bulan tersebut.Dengan sejumlah masalah tekanan inflasi Sumut sebelumnya,
realisasi inflasi Sumut meskipun lebih besar dari rata rata nasional, namun
realisasinya nanti saya perkirakan masih dalam batas target inflasi nasional
maupun batas inflasi yang ditentukan Bank Indonesia,” ujar Gunawan menganalisis.
(P4/sya)