Dirut RSUD DS, Hanif Fahri saat mengun jungi dan mengecek kondisi salah satu pasien.(foto: P4/istimewa) |
Ternyata karena rumah sakit milik Pemkab Deli Serdang
tersebut kurang teliti dalam pengisian data rumah sakit berbasis
aplikasi. Sehingga,data yang ada berbeda dengan yang dimiliki Kemenkes.
Hizad sapaan
akrab Ketua PWI DS menghimbau kepada masyarakat Deliserdang agar berobat dan
rawat inap di RSUD dengan kualitas layanan terbaik sudah ada di rumah sakit
plat merah tersebut.
Bahkan menurut Hizad, menu makanan yang disajikan sangat enak untuk pasien
yang sedang sakit,juga sarana ibadah seperti.mesjid dan kantin sehat sangat
mendukung untuk keluarga pasien yang sedang berkunjung dan jaga di RSUD DS
tersebut.
"Kita sangat menngapresiasi RSUD DS
yang tidak jadi Turun Kelas menjadi C, bahkan tetap bertahan di Kelas B," ujar Hizad didampingi Penasehat PWI DS, Abdul Latif dan H.Alamsyah Siregar, saat memberi pernyataan Pers
Sabtu,(07/09/2019), di Kantor PWI DS, JalanTirtadeli No.9 Jatisari, Kota Lubuk Pakam.
Ketua PWI DS, Khairul Hizad Sembiring, S.Ag, |
Dirut RSUD
DS, Hanif Fahri menambahkan perihal sarana dan.prasarana bahwa Selama kita sudah isi, tapi
tidak tervalidasi. Padahal,dalam hal validasi tersebut juga merupakan perannya
Dinkes Sumut.
“Makanya, begitu
Kemenkes melakukan review, data kita tak semua muncul. Tapi kan ada masa sanggah
apakah hasil review Kemenkes tersebut memang benar atau tidak. Dalam masa
sanggah itulah kita sempurnakan data berbasis aplikasi," ujar Direktur
RSUD Deli Serdang, dr Hanif Fahri ketika dikonfirmasi wartawan, Sabtu (07/09/2019.)
dr Hanif
mencontohkan,berdasarkan hasil reviu Kemenkes bahwa mesin HD (hemodialisa)
untuk cuci darah yang ada di RSUD Deli Serdang hanya dua unit.Padahal yang
sebenarnya ada 17 unit. Kemudian jumlah bad hanya 180, padahal yang dimiliki
sebanyak 248 bad. Kemudian dokter sub sosialis (dokter konsultan) dinyatakan
nol, sementara dokter sub sosialis ada dua.
"Karena
ketidak sempurnaan data itulah RSUD kita sempat turun kelas. Dalam masa review tersebut, kemudian kita diminta Kemenkes membuat sanggahan jika ternyata data
yang diterima tidak sesuai," papar dr Hanif.
Kata dr
Hanif,untuk menyiapkan dokter sub sosialis bukan bukan hanya tanggungjawab
direktur RSUD atau pemkab/pemko, tapi juga tanggungjawab negara melalui Dinkes
Provinsi.Terkait masalah honornya sudah ditampung di APBD kabupaten/kota.
"Kalau
untuk honor dokter sub sosialis, Pemkab Deli Serdang sudah menganggarkannya
melalui APBD," ujarnya.
Lebih lanjut
pria berkacamata dan murah senyum ini menjelaskan, kunjungan pasien HD (cuci
darah) setiap harinya rata-rata mencapai mecapai 29 kunjungan. Bahkan, jika
hari Senin dan Kamis bisa mencapai 31 kunjungan. [P4/relis/sya]