Pengamat ekonomi Sumut,Gunawan Benjamin,SE,MSi (Foto; istimewa) |
Pengamat ekonomi Sumatera Utara,Gunawan Benjamin,SE,MSi menilai, pertumbuhan ekonomi Sumut, netnya adalah 0,62%
(minus/negatif). Artinya, upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di
atas nasional itu tergerus dengan laju inflasi yang melebihi pertumbuhan. Pada
dasarnya tidak bisa menghitung pertumbuhan tanpa melibatkan inflasi.
“Secara riil, pertumbuhan ekonomi Sumut negatif, karena inflasi lebih
besar dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi,” ujar Gunawan Benyamin kepada Pilar.4, di Medan, Jumat (08/08/2019).
Dijelaskan dia, walaupun dengan sejumlah catatan maupun tantangan,
akan tetapi jika mengacu kepada realisasi laju inflasi secara yoy di atas 6 %.
Lalu mengacu data BPS, Juli inflasi Sumut 6,28 % dan laju inflasi Sumut pada
Juni 5,87 %, bisa disimpulkan, pertumbuhan ekonomi Sumut masih rendah dari
inflasi.
Pada dasarnya tidak mengingkari bahwa data pertumbuhan
ekonomi Sumut secara year on year (YOY) tumbuh 5,25% itu pula
merupakan capaian baik dan diharapkan mampu terealisasi hingga tahun-tahun
mendatang.
“Sejatinya
dengan dukungan infrastruktur yang mulai terkoneksi, kita optimis Sumut
berpeluang merealisasikan angka pertumbuhan di atas 6 persen setidaknya
dalam tempo lima tahun mendatang,” kata Akademisi UINSU dan UISU ini.
Menurutnya, faktor pertumbuhan ekonomi itu karena ada penambahan pendapatan masyarakat ataupun
peningkatan daya beli. Sementara inflasi justru menggerus daya beli masyarakat.
Ini tergantung siapa paling besar di antara keduanya. Sayangnya kata dia saat
ini inflasi lebih tinggi.
“Perlu dicatat dengan
pertumbuhan negatif, Sumut memiliki beban besar pada 2020 mendatang. Yakni
perhitungan upah minimum regional(UMR). Seandainya kita disuruh menghitung UMP
saat ini, maka potensi kenaikan UMP kita sebesar 11,12% (pertumbuhan ekonomi
plus inflasi), minimal kenaikan gaiji buruh sebesar itu pula,” ungkap Gunawan.
[P4/rel/sya]