Medan, Pilarempat.com | Mobil buatan
Institut Teknologi Medan (ITM) kembali bertarung di ajang Kompetisi Mobil Irit
Tingkat Asia 2019 yang diselanggarakan Shell Global/ Shell Eco-Marathon (SEM)
dengan tema, ”Shell Make the Future Live Malaysia” pada 28 April sampai 2 Mei
2019, di Sircuit Sepang Malaysia.
Manager
Tim Darwin Sudarmanto mengatakan, tim ini berkekuatan 12 orang yang terdiri
dari 1 orang dosen pembimbing 10 orang mahasiswa. SEM Asia 2019 ini, tim mobil
Irit ITM hanya menargetkan finish pada peringkat 2 kelas ICE Proto Type Diesel
dan berada pada 20 mobil terbaik Asia di Kelas ICE Campuran dan kedua target
tersebut bisa dicapai kali ini.
“Diluar
dugaan mobil irit ITM mampu menjadi mobil kedua tercepat dalam technical
inspection di hari pertama setelah mobil Rakata dari ITB. Target tersebut sudah
diprediksi dari persiapan selama 1 tahun pembuatan mobil,” ungkapnya.
Dia
menambahkan, hari pertama lomba sebelum kendaraan diizinkan untuk berada di
lintasan, terdapat technical inspection yang harus diikuti setiap tim. Setiap
tim wajib menjelaskan tiap aspek kendaraannya mulai dari desain, safety, hingga
demo kemampuan driver. Hal tersebut tentu saja supaya perlombaan berlangsung
aman,” jelas mahasiswa Teknik Mesin 2015.
Tim
Mobil irit ITM menyadari untuk menjadi juara 1 butuh waktu, dana dan banyaknya
jam dalam kompetisi. Dari hari pertama sampai terakhir, mobil Irit mampu
melahap seluruh race dan menunjukkan peningkatan.
Mahyunis
menjelaskan, mobil buatan ITM ini bergabung dengan 25 mobil buatan lainnya dari
beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Pada tahun 2019 ini, ITM dipercaya
mengirimkan mobil dari kelas ICE Proto Type Diesel, setelah beberapa tahun lalu
2017 dan 2018 mengirimkan mobil pada kelas ICE Urban dengan bahan Bakar
Alternatif Ethanol.
Tujuan kompetisi ini menciptakan suatu teknologi pada mobil yang sehemat mungkin dengan berbagai sumber energi.
Tujuan kompetisi ini menciptakan suatu teknologi pada mobil yang sehemat mungkin dengan berbagai sumber energi.
Selain
itu, Shell berupaya untuk menyadarkan dan mengajak generasi millenial untuk
mencari solusi menghadapi energi di masa depan.
Meskipun
SEM pernah diadakan 2018 lalu dan SEM 2019 memiliki perbedaan dengan tahun
sebelumnya, mulai dari peserta yang lebih banyak hingga adanya inovasi yang
terbaru.
“Tahun
ini kita melihat banyak sekali inovasi-inovasi yang baru dari peserta yang
sangat kompetitif dan lebih disiplin,” katanya.
Dalam
SEM Asia 2019, mobil yang ikut serta dalam perlombaan hanya boleh menggunakan
tiga jenis sumber energi. Di antaranya Internal Combustion (ICE) atau di Indonesia
kita dikenal dengan istilah bahan bakar seperti bensin, solar, dan ethanol.
Kedua,
sumber energi dari baterai listrik, seperti mobil listrik pada umumnya. Dan
yang ketiga, sumber energi dari hydrogen yang berupa gas hydrogen. Jika
mendengar kata balapan, pasti yang langsung terbayang adalah saling susul
ataupun adu kecepatan.
Tapi di SEM Asia 2019 tidak melihat dari segi kecepatan, melainkan siapa yang terhemat. Dari beberapa kategori sumber energi, kecepatan mobil dilihat dari satuan pemakaian energi.
Tapi di SEM Asia 2019 tidak melihat dari segi kecepatan, melainkan siapa yang terhemat. Dari beberapa kategori sumber energi, kecepatan mobil dilihat dari satuan pemakaian energi.
Untuk
tipe internal combustion dilihat dari berapa kilometer per liter. Sama seperti
menghitung konsumsi bahan bakar mobil. Sementara, pada energi baterai dilihat
berapa km/Kwh. Begitu juga dengan energi hydrogen, dilihat berapa m3/liter.
Rektor
ITM, Dr Mahrizal Masri MT memberikan apresiasi dan langsung menghadiri
kompetisi SEM 2019 untuk memotivasi mahasiswa. [P4/isya]