Adam Malik, Anak Siantar yang Sukses Menjadi Wartawan, Diplomat dan Wakil Presiden

/

/ Sabtu, 02 November 2024 / 02.21 WIB

 

(Adam Malik / Wikepedia.com)

PILAREMPAT.com – Medan :

Jangan kaget dengan karir dan prestasi luar biasa anak Pematang Siantar ini (Siantar Man). Meskipun pendidikan formalnya cuma tamatan SD atau HIS (Hollandsch-Inlandsche School) namun karir dan prestasinya melejit tajam. Dari profesi wartawan, politisi, diplomat sudah dilakoninya, hingga karir puncaknya dipercaya bangsa Indonesia menjadi Wakil Presiden atau Wakil dari Presiden Soeharto di era Orde Baru (1978 -1983).

Pria cerdik berpostur kecil ini, dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917 dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis itu, sejak kecil potensi dirinya cukup cerdas. Ia pun gemar menonton film koboi, membaca, dan fotografi.

Sosoknya merupakan personifikasi utuh dari kedekatan antara diplomasi dan media massa. Ia pun pernah menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York. Bersama dengan Soemanang,Sipahutar,Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, Adam Malik mempelopori berdirinya kantor berita Antara tahun 1937.

Kepintarannya dalam mengkolaborasikan pengalamannya sebagai wartawan dan diplomat akhirnya menghantarkannya menjadi duta besar. Putera bangsa berdarah Batak bermarga Batubara ini, juga dikenal sebagai salah satu pelaku dan pengubah sejarah yang berperan penting dalam proses kemerdekaan Indonesia hingga proses pengisian kemerdekaan dalam dua rezim pemerintahan Soekarno dan Soeharto.

Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Sebelumnya, ia sudah sering menulis di Surat kabar/Koran Pelita Andalas dan Majalah Partindo.

Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik pernah melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba (1946-1948), dan anggota parlemen.

Akhir tahun 1950-an, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian Barat di tahun 1962.

Selesai perjuangan Irian Barat (Irian Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin (1965). Sebagai Menlu dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain termasuk rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menlu negara-negara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Ia bahkan dipercaya menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York.

Ia orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan dunia itu. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Kemudian tiga bulan berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.

Setelah mengabdikandiri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan. [P4/BPMBKM/Wikepedia]

 

Komentar Anda

Berita Terkini