Usai Lebaran IHSG Tumbang, Jangan Gegabah Jual Saham!

/

/ Minggu, 13 April 2025 / 05.47 WIB


PILAREMPAT.com - Jakarta :

Setelah rehat panjang dari 28 Maret hingga 7 April 2025 karena libur Idulfitri, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi kembali beroperasi pada Selasa, 8 April 2025. Namun, pembukaan perdagangan diwarnai dengan tekanan tajam terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terjun bebas hingga 9,19% ke level 5.912,06.

Gejolak pasar ini tak datang tanpa sebab. Ketegangan perdagangan global kembali memanas akibat kebijakan tarif impor baru dari Amerika Serikat yang direspons keras oleh Tiongkok. Situasi ini ikut mengguncang pasar finansial internasional dan akhirnya merembet ke Indonesia.

"Seperti yang diperkirakan oleh para pelaku pasar modal, situasi yang sama terjadi pada saat perdagangan di BEI dibuka kembali pada Selasa, 8 April 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat turun 9,19% dan menyentuh level 5.912,06," kata Kepala BEI Sumut, Pintor Nasution.

Sebelum libur Idul Fitri 2025, pada Kamis, 27 Maret 2025, IHSG ditutup menguat 0,59% ke level 6.510,62. Penurunan yang terjadi pada hari pertama pasca libur Idulfitri membuat BEI mengambil langkah untuk melakukan trading halt atau penghentian sementara perdagangan.

"Gejolak ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal seperti kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat terhadap sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, serta depresiasi nilai tukar Rupiah yang menembus sempat menyentuh angka psikologis Rp17.000 per dolar AS di pasar luar negeri," ujarnya.

Di tengah kondisi pasar yang bergejolak ini, kunci utama bagi investor adalah tetap tenang dan tidak mengambil keputusan emosional. Perlu diingat, tujuan investasi di pasar modal adalah jangka panjang. Pasar saham memang naik-turun dan itu normal.

"Gejolak harian bukan alasan untuk mengubah tujuan investasi jangka panjang. Apalagi jika memang tujuan investasinya adalah untuk dana pensiun 10-20 tahun lagi, maka penurunan saat ini tidak akan berdampak signifikan dalam jangka panjang," pungkasnya.


Pintor berpesan jangan pernah mengambil keputusan spontan yang didasari oleh kepanikan di tengah gejolak harga saham. Panik adalah musuh terbesar investor. Sebaliknya, pertimbangkan untuk menahan, mengevaluasi, atau bahkan menambah investasi.

"Memahami behavioral finance, yaitu studi tentang bagaimana psikologi memengaruhi keputusan keuangan, menjadi krusial dan dapat membantu investor mengembangkan strategi investasi yang lebih baik. Mengapa emosi bisa mengalahkan logika dalam investasi? Sebagai manusia, keputusan kita sering dipengaruhi oleh emosi," sebutnya. [P4/red]


 investasi? Sebagai manusia, keputusan kita sering dipengaruhi oleh emosi," sebutnya.




Komentar Anda

Berita Terkini