PILAREMPAT.com -- Pernah dengar Uwais Al Qarni/Qarani..? Ia adalah seorang pemuda alim yang namanya dikenal dan viral oleh seluruh penduduk langit, meskipun ia tak begitu dikenal di bumi.
Kisah Uwais al-Qarani lahir 594 Masehi / 37 Hjriyah adalah seorang tabi'in yang hidup pada zaman Nabi Muhammad Saw tapi tidak sempat bertemu Nabi. Ia berasal dari penduduk Qarn, Bareq, Asir, wilayah Arab Saudi dekat perbatasan negeri Yaman.
Meskipun memiliki banyak kekurangan dan tidak dikenal banyak orang di dunia, namun namanya sudah diketahui oleh Nabi Muhammad Saw meskipun mereka belum pernah bertemu. Ia adalah cerminan cinta yang besar kepada ibu dan Rasul. Seperti apa kisahnya hidupnya..?
Uwais Al Qarni adalah pemuda dari Yaman yang telah lama menjadi yatim,
tidak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang usianya sudah tua renta dan
lumpuh. Yang tersisa hanya penglihatannya yang kabur.
Untuk mencukupi kehidupan
sehari-hari, Ia bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterima hanya
cukup untuk mencukup kebutuhannya dan ibunya.
Jika ada kelebihan, Ia pergunakan untuk membantu
tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan.
Uwais,Pengembala Domba yang Merawat Ibunya
Buta dan Lumpuh
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan
merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihannya dalam
beribadah.
Uwais Al Qarani telah memeluk Islam pada masa negeri
Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam untuk menyembah Allah,
Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi
ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wassallam secara
langsung.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan
yang kuat untuk bertemu dengan Nabi. Namun sayangnya Ia tidak punya cukup bekal dan waktu karena harus merawat
ibunya.
Ketika terjadi perang Uhud
dikabarkan Rasul mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh
musuh.
Kabar ini akhirnya terdengar
oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal
tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada Nabi Muhammad yang bahkan belum pernah ditemuinya.
Kerinduan tak terbendung membuat
hasrat bertemu nabi Muhammad semakin besar. Tapi, ia punya ibu yang
membutuhkannya dan tidak tega untuk meninggalkannya sendiri.
Setiap hari hatinya semakin gelisah. Pada suatu
hari Uwais Al
Qarni mendekati ibunya dan memohon izin untuk pergi
bertemu Nabi Muhammad di
Madinah.
Sang ibu memaklumi perasaannya dan berkata,
“Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa,
segeralah engkau kembali pulang.” Dengan perasaan gembira ia berkemas untuk
berangkat dan tidak lupa menyiapkan keperluan ibunya dan berpesan kepada
tetangganya agar dapat menemani ibunya.
Sesudah berpamitan, Uwais Al Qarni menuju Madinah yang jaraknya kurang lebih 400
km dari Yaman. Singkat cerita, Ia tiba di kota Madinah.
Segera ia menuju ke rumah Nabi
diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Aisyah
radhiyallahu ‘anha. Namun ternyata nabi Muhammad masih berada di medan perang.
Ia sempat kecewa dan sempat ingin
menunggu Rasul kembali dari medan perang. Tapi di kepalanya terngiang pesan
ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan agar ia cepat pulang ke Yaman. Pesan
ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk berjumpa
dengan Rasul.
Pada akhirnya dengan terpaksa
Ia mohon pamit kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk segera pulang
ke negerinya.
Rasul Bercerita tentang Uwais Al Qarni
Sepulangnya dari perang, Rasul
menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Ternyata Nabi sudah
mengetahui bahwa Uwais Al Qarni datang berkunjung ke rumahnya sebelum
diberitahu oleh istrinya.
Setelah itu, nabi Muhammad menjelaskan bahwa
Ia adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit yang sangat
terkenal di langit. Mendengar perkataan Rasul, Aisyah RA. dan para sahabatnya
terkagum.
Rasulullah bersabda: “Kalau kalian ingin berjumpa dengan Uwais Al Qarni, perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu Rasul memandang kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab dan bersabda, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
Sahabat Nabi Disuruh Mencari Uwais Al Qarani
Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda
Rasul tentang Uwais Al
Qarani, sang penghuni langit. Ia lalu segera mengingatkan kepada Imam Ali untuk
mencarinya bersama-sama.
Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari
Yaman, dia berdua selalu menanyakan tentangnya, apakah ia turut bersama mereka.
Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran,
kenapa Uwais Al
Qarni sampai dicari mereka berdua. Suatu saat, Ia hadir bersama rombongan
kafilah menuju kota Madinah.
Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari
Yaman, Umar bin Khattab dan Imam Ali mendatangi mereka dan menanyakan
apakah Uwais ikut
bersama mereka.
Khafilah itu mengatakan bahwa Uwais bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, dia berdua bergegas pergi menemuinya.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali memberi
salam. Ia menjawab salam kedua tamu tersebut sambil bersalaman. Sewaktu
berjabatan, Umar segera membalikkan tangannya, untuk membuktikan kebenaran
tanda putih di telapak tangan Uwais.
Saat Uwais ditanya oleh kedua tamu tersebut, “Siapakah nama
saudara? Lalu Ia menjawab “Abdullah”. Mendengar jawaban itu, Umar dan Imam Ali
tertawa dan berkata, “Kami juga Abdullah (hamba Allah). Tapi siapakah namamu
yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al Qarni”.
Uwai bercerita bahwa ibunya telah meninggal dunia.
Itulah sebabnya, ia baru dapat ikut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Imam Ali memohon agar Ia berkenan mendoakan untuk
mereka.
Namun, Uwais enggan dan berkata, “Sayalah
yang harus meminta doa kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami datang ke
sini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”.
Karena didesak, Ia akhirnya berdoa dan membacakan
istighfar. Setelah itu Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari
Baitul Mal kepada Uwais sebagai
jaminan hidupnya.
Namun, Uwais menolak dan berkata, “Hamba
mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lain”.
Uwais Al Qarani saat
Wafat Dimandikan, Dikafani dan Dikuburkan Malaikat
Tersiar kabar kalau Uwais Al Qarni telah wafat. Anehnya, pada saat
dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk
memandikannya. Ketika akan dikafani, di sana juga sudah ada orang-orang
menunggu untuk mengkafaninya.
Tidak hanya itu, ketika orang pergi hendak menggali
kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga
selesai. Lalu, Ketika jenazah Uwais akan dibawa ke kubur,
ternyata ada banyak orang yang berebut mengusungnya.
Dan Syeikh Abdullah bin Salamah yang pernah ikut
berperang dengannya menjelaskan, ketika ikut mengurusi jenazahnya hingga ia
pulang dari mengantarkan jenazah, ia bermaksud untuk kembali ke kuburnya untuk
memberi tanda pada kuburannya. Akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas
kuburannya.
Meninggalnya Uwais Al Qarni menggemparkan
masyarakat Yaman Karena banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Ia adalah seorang fakir miskin yang
tidak dikenal seorangpun.
Sepertinya orang-orang asing tersebut adalah para
malaikat yang diturunkan ke bumi untuk mengurus jenazah dan pemakaman Uwais Al Qarni. Saat itu, penduduk
Yaman baru mengetahui bahwa Ia ternyata manusia yang tidak terkenal di bumi
tetapi terkenal di langit. (P4/lombokinsider)