"Qurban dan Nilai Keikhlasan"

/

/ Minggu, 10 Juli 2022 / 06.16 WIB

 

"Qurban dan Nilai Keikhlasan"

“Kata Qurban/Kurban, berasal dari bahasa Arab, Qurban yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam Islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada ALLAH. Bagi umat Islam makna Qurban juga identik dengan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tersebut. 

Makna kata Qurban diimplementasikan oleh umat Islam di seluruh dunia pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah penanggalan tahun Hijriyah, sekaligus merayakan hari raya Idul Adha, yang dikenal sebutan Hari Raya Qurban atau Hari Raya Haji. Pada hari ini, umat Islam sangat disunnahkan untuk berqurban dimana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh umat Islam lainnya, khususnya yang membutuhkan daging Qurban itu. 

Makna Qurban juga merupakan bentuk konkrit nilai Keikhlasan yang besar dan sangat dalam yang dibuktikan oleh Nabi Ibrahim Allahissalam (AS) bersama putranya Nabi Ismail AS. Bagi umat Islam/ kaum Muslimin dan Muslimat, yang tidak punya kesempatan langkah, rezeki dan kesehatan menunaikan ibadah Haji ke tanah suci Makkah, maka dengan ikut berkurban hewan tersebut dengan penuh Keikhlasan dan berserah diri dan taat perintah ALLAH Swt, sebagaiman yang dibuktikan Nabi Ibrahim terhadap perintah ALLAH Swt itu untuk menyembelih anak yang sangat dicintainya Nabi Ismail AS dengan 'membuang' rasa cinta dunianya, maka ia termasuk ke dalam orang-orang yang dinyatakan ALLAH Swt dalam Surat Al Hajj ayat 34, artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama ALLAH terhadap binatang ternak yang telah direzekikan ALLAH kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepadaNya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada ALLAH).” 

Dalam konteks intraksi Sosial dan Filsafat Komunikasi, hari ini, muslimin/muslimat yang berkurban hewan sembelihan, membuktikan kemampuan empati atau kepedulian sosialnya kepada sesama hamba ALLAH untuk saling berbagi, khususnya bagi umat Islam yang membutuhkan daging kurban. 

Di sisi lain, orang yang berkurban itu adalah orang yang telah berhasil dalam menilai, mengelola dan mengendalikan Emotional Quontient (EQ) dirinya, yaitu Kecerdasan Jiwa spritualnya di tengah masyarakat, yang akhirnya bermuara pada pencapain jiwanya ke dalam derajat Manusia yang Bertaqwa kepada ALLAH Swt. InshaALLAH kita termasuk insan yang Bertaqwa. Amiiin..,(Muhammad Isya, S.Sos, M.I.Kom).

 

 


Komentar Anda

Berita Terkini