BI : Tahun Politik 2024, Inflasi Sumut Diprakirakan Tetap Terkendali

/

/ Rabu, 29 November 2023 / 23.18 WIB


Medan, PILAREMPAT.com  
 Tingkat inflasi di Sumatera Utara (Sumut) pada 2024 diprakirakan tetap terkendali dan berada pada rentang sasaran 2,5%,+- 1%.

“Untuk itu, dibutuhkan sinergi kebijakan pengendalian inflasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia optimalisasi pemanfaatan anggaran pengendalian inflasi yang tepat guna,” kata Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut, Yura A. Djalins pada Pertemuan Tahunan BI ( PTBI) 2023 Strategi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional di Medan, Rabu (29/11/23) malam, 

Yura menyebutkan, dalam hal itu Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) memainkan peran yang lebih penting dalam pengendalian inflasi di 2024, dimana sebagai tahun politik adanya Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI.

Dijelaskannya, perekonomian Sumut 2023 diwarnai berbagai tantangan namun tetap bisa tumbuh dengan melanjutkan tren pemulihan di kisaran 4,3- 5,1% (yoy) di tengah masih tingginya ketidakpastian global.

Di tengah optimisme perekonomian Sumut ke depan, disadari terdapat beberapa tantangan, baik dari sisi global maupun domestik, yang perlu diwaspadai di 2024.

Dari sisi global adalah berlanjutnya konflik geopolitik di kawasan Eropa dan Timur Tengah, kenaikan suku bunga global, pelemahan ekonomi negara mitra dagang utama serta risiko cuaca ekstrem akibat anomali iklim.

Selain itu juga ekonomi domestik juga masih menghadapi sejumlah tantangan struktural.

Pertama, tantangan inflasi yang ditimbulkan dari kenaikan harga produk dan jasa impor (imported inflation).

Kebijakan yang diterapkan negara-negara produsen komoditas pangan utama berpotensi menyebabkan gangguan pasokan dan kenaikan harga komoditas di Sumatera Utara.

Kedua, perekonomian Sumatera Utara belum terdistribusi secara merata, masih terpusat di Pantai Timur, khususnya kawasan Mebidangro.

Hal ini, katanya disebabkan belum meratanya pembangunan infrastruktur yang dapat menghambat potensi aglomerasi industri.

Ketiga, infrastruktur di kawasan wisata Sumatera Utara masih terbatas. Hasil penelitian survei Guality Tourism, Bank Indonesia menunjukkan beberapa aspek infrastruktur yang masih memerlukan perhatian antara lain jalan, listrik, air, dan internet di kawasan wisata Sumatera Utara.

Tantangan keempat yakni perlunya meningkatkan adopsi praktik berkelanjutan oleh pelaku bisnis serta optimalisasi pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Sumatera Utara.

Pemanfaatan EBT masih bawah 50% dari total potensi yang dimiliki dan masih didominasi oleh tenaga minihidro.

Kelima, masih belum meratanya tingkat akseptansi sistem pembayaran digital. Hal ini disebabkan tiga faktor utama yaitu belum meratanya literasi keuangan digital, infrastruktur jaringan telekomunikasi, dan inovasi layanan digital di daerah.

Perlunya meningkatkan paradigma pelaku UMKM dalam mengadopsi teknologi digital juga menjadi tantangan keenam dalam prekeonomian Sumut pada 2024.

“Inovasi dan adopsi teknologi penting agar pelaku UMKM dapat menjalankan proses bisnis sesuai best practices untuk mencapai produktivitas yang optimal,” paparnya.

Untuk itu, dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut Provinsi Sumatera Utara harus mengambil langkah strategis untuk memperkuat sinergi dan membangun optimisme kebangkitan ekonomi.

Langkah strategis itu yakni memperkuat kolaborasi Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah dalam TPID-GNPIP terutama untuk merumuskan langkah antisipatif yang efektif terkait pengendalian inflasi.

Masih adanya disparitas pertumbuhan antarwilayah perlu diatasi dengan pembangunan infrastruktur untuk mendukung aglomerasi industri dan pengembangan destinasi pariwisata unggulan. Hal ini terutama melalui perbaikan iklim investasi dan konektivitas antar wilayah yang terintegrasi.

Kemudian perlu kesiapan industri untuk meningkatkan nilai tambah produknya.

“Proses hilirisasi ini perlu difokuskan pada peningkatan nilai tambah komoditas utama seperti kelapa sawit, karet, dan produk pertanian lainnya, melalui pengembangan produk turunan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi,” ujarnya.

Selanjutnya, bisa mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan hijau. Ketersediaan proyek berbasis hijau perlu didorong oleh Pemerintah Daerah, dengan dukungan dari regulator dan industri keuangan dari sisi akses pembiayaan hijau.

Penguatan sinergi juga diperlukan untuk mendukung pemerataan akseptansi digital sistem pembayaran.

Hal ini dapat dilakukan melalui monitoring penyediaan jaringan telekomunikasi khususnya pada daerah 3T (terpencil, tertinggal dan terluar) untuk inovasi Pajak dan Retribusi Daerah, penguatan kerjasama TP2DD dengan pihak lainnya, serta pengoptimalan peran BPD sebagai pemegang Rekening Kas Umum Daerah.

Strategi berikutnya adalah dengan mengoptimalkan peran local champion sebagai role model dalam mengoptimalkan adopsi teknologi dan implementasi best practices serta melaksanakan capacity building dan pendampingan yang terfokus kepada pelaku UMKM.

Pada PTBI 2023, di Hotel Santika Medan, hadir Pj Gubsu Hassanudin, Deputi Kepala Perwakilan BI Suharman Tabrani, Konsul Jenderal (Konjen) Malaysia di Medan Aiyub Omar, para pimpinan bank, pengusaha, pimpinan perguruan tinggi dan para pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah ini.

PTBI itu diawali acara serupa dari BI Pusat dirilis secara offline dan online (zoom, YouTube dan Instagram) yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur BI Perry Warjiyo.

Usai pemaparan perekonomian secara nasional, dilanjutkan kegiatan serupa di daerah, termasuk di Sumut.

PTBI 2023 itu juga dirangkai dengan pemberikan apresiasi kepada perbankan pengusaha dan UMKM. [P4/sya/rel]

Komentar Anda

Berita Terkini