Pemkab Samosir Gelar Pekan Kebudayaan Daerah di Simanindo

/

/ Minggu, 07 Agustus 2022 / 23.29 WIB



Samosir,PILAREMPAT.COM -
Pemerintah kabupaten (Pemkab) Samosir melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten (Disbudpar) menggelar Pekan Kebudayaan Daerah di Museum Huta Bolon, Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo, Sabtu (6/8/2022).


Kepala Dinas (Kadis) Disbudpar, Tetti Naibaho, mengatakan, kegiatan di laksanakan dengan memperlombakan Aksara Batak, Manggorga (mengukir) dan Marturi-turian (cerita rakyat).


“Banyak orang banyak yang tidak paham. Bagaimana lagi dengan generasi penerus,” tanyanya.


Tetti menjelaskan, Disbudpar merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tersebut, agar para generasi penerus mampu melestarikan dan tetap dengan pendampingan orang tua. “Terima kasih untuk para orang tua kami, tetaplah Marturi-turian kepada anak cucu kalian di rumah,” ucapnya.


Selain Marturi-turian ungkap Tetti, Manggorga dan menuliskan Aksara Batak juga sempat terlupakan juga. “Adik-adik kami, banggalah pada hari ini walaupun tidak juara. Dengan ikut pada hari ini, adik-adik kami sudah turut melestarikan warisan budaya,” cetusnya.


Tetti yakin bahwa masih banyak Turi-turian yang belum dituliskan. Ia meminta kesediaan para orang tua memberikan bimbingan, agar anak-anak bisa menuliskan dan dapat membaca. “Nanti akan kita buat datanya”.


Menurutnya, Disbudpar juga akan melaksanakan kegiatan kebudayaan yang sama di Kecamatan Onan Runggu dengan item acara berbeda, yaitu lomba Martumba dan lomba Uning-uningan.


Berharap, kiranya para generasi muda khususnya pelajar, agar semakin mencintai warisan budaya.

 

Salah satu dewan juri Sepwan Sinaga merupakan pegiat Budaya Batak, bahwa kegiatan seperti ini adalah salah satu wujud dari pengakaran kembali budaya yang ada di Indonesia.


“Kalau di sini khususnya Budaya Batak. Sehingga, anak-anak itu dipacu kembali mengenal, mencintai dan melestarikan kembali budayanya,”


Dikatakannya, para peserta lomba Aksara Batak sudah mampu memahami materi yang disampaikannya, meskipun banyak yang salah dalam penulisan Aksara Batak tersebut. “Mereka menganggap penulisan Aksara Batak itu persis meletakkan anak surat, persis meletakkan huruf vokal pada tulisan latin,” jelas Sepwan.


Sepwan berasumsi, bahwa ketika seseorang tidak lagi mengenal Budaya Batak, tetapi mengaku orang Batak, maka orang tersebut telah kehilangan jati dirinya.


Seseorang dapat dikatakan orang Batak, kata Sepwan,dapat dilihat dari cara berperilaku, bersikap dan berbicara layaknya seorang anak dan putri raja. “Jadi pangalaho (perilaku) anak ni raja (anak seorang raja), boru ni raja (putri seorang raja) itu yang harus ditunjukkan,” pungkasnya


Pemenang juara 1 lomba penulisan Aksara Batak Ester Sinaga, terkejut ketika namanya disebutkan sebagai juara pertama. “Karena rata-rata tadi orang itu cepat-cepat sekali selesai menulis,” ujar Ester sembari tertawa.


Dirinya mengaku, telah lama belajar tentang Aksara Batak sejak dia mengikuti salah satu Sanggar Budaya yang ada di Kabupaten Samosir. Harapannya, para guru di sekolahnya dapat menjaga perasaan para murid yang mengikuti perlombaan. “Mereka juga gak percaya kita bakalan menang, cuma ikut-ikut aja gitu. Kami harapkan mereka mendukung kita supaya menang,” harapnya. (P4/MT)

Komentar Anda

Berita Terkini