Deputi Kepala KPw-BI Propinsi Sumut, Ibrahim,saat memparkan perkembangan ekonomi Sumut,di Gedung BI Sumut, Jl.Balai Kota, No.4 Medan (P4/Dok.BI Sumut)
Medan,PILAREMPAT.com - Perekonomian global diprakirakan tumbuh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, di tengah meningkatnya risiko stagflasi dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasokan sejalan dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang terus berlangsung serta meluasnya kebijakan proteksionisme, terutama pangan. Berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) merespons peningkatan inflasi tersebut dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif sehingga menahan pemulihan ekonomi dan meningkatkan risiko stagflasi.
“Pertumbuhan ekonomi berbagai
negara, seperti AS, Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India, diprakirakan lebih
rendah dari proyeksi sebelumnya yang disertai dengan peningkatan kekhawatiran resesi
di AS. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi global pada 2022
diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,5% menjadi sebesar 2,9%.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, ketidakpastian pasar keuangan global
tetap tinggi dan mengakibatkan terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai
tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” ungkap Deputi Kepala
Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Propinsi Sumatera Utara (Sumut), Ibrahim, dihadapan jurnalis dalam Bincang-bincang Media (BBM) yang berlangsung
secara Hybride (Online dan Offline), di Gedung BI Sumut,Jalan Balai Kota No.4,
Kota Medan,Selasa (26/07/2022).
Lebih lanjut dijelaskannya, perbaikan
ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut, meskipun dampak perlambatan
ekonomi global perlu tetap diwaspadai. Perekonomian domestik pada triwulan II
2022 diprakirakan terus melanjutkan perbaikan, ditopang oleh peningkatan
konsumsi dan investasi nonbangunan serta kinerja ekspor yang lebih tinggi dari
proyeksi awal. Berbagai indikator dini pada Juni 2022 dan hasil survei Bank
Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing
Managers' Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya
proses pemulihan ekonomi domestik. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor lebih
tinggi dari prakiraan sebelumnya, khususnya pada komoditas batu bara, bijih
logam, dan besi baja didukung oleh permintaan ekspor yang tetap kuat dan harga
komoditas global yang masih tinggi. Ke depan, perbaikan perekonomian domestik
didukung oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia
usaha. Namun demikian, perlambatan ekonomi global dapat berpengaruh pada
kinerja ekspor, sementara kenaikan inflasi dapat menahan konsumsi swasta.
Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan bias ke
bawah dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%.
“Berbagai indikator ekonomi terkini di Sumatera Utara terus menunjukkan perbaikan dan mengindikasikan perekonomian yang tetap tumbuh. Pulihnya ekonomi di Sumatera Utara tercermin pada meningkatnya mobilitas masyarakat yang dapat mendorong konsumsi. Peningkatan konsumsi masyarakat juga terkonfirmasi melalui peningkatan keyakinan konsumen dan indeks penjualan riil. Hasil liaison Bank Indonesia juga mengkonfirmasi akan adanya peningkatan permintaan domestik dan juga ekspor di tengah kenaikan biaya bahan baku serta energi dampak krisis global yang terus berlanjut. Kinerja kredit perbankan juga terus meningkat disertai dengan tingkat risiko yang menurun. Perkembangan tersebut semakin mengindikasikan aktivitas ekonomi yang terus membaik,” papar Ibrahim , didampingi Azka Subhan Aminurridho, Deputi Kepala KPw-BI Provinsi Sumut.
Perekonomian Sumua tahun 2022, sebut Inrahim lagi, diprakirakan tetap tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan kisaran 3,5-4,3%. Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat. Tingginya harga komoditas utama, khususnya di periode semester II, serta didukung berlanjutnya Program Pemulihan Ekonomi Nasional juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
"Namun demikian, konflik geopolitik
yang masih berlanjut dan berisiko memperpanjang krisis rantai pasok global
serta potensi risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang dapat
berpengaruh terhadap permintaan menjadi hal yang perlu diwaspadai," pungkasnya. [P4/sya]