. Gubernur BI, Perry Warjiyo.(P4/ist)
Keputusan
ini konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko
dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi
inti ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang
diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar Rupiah, penguatan operasi
moneter, dan suku bunga.
Hal
itu disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo saat membacakan pengumuman hasil RDG
Bulanan Bulan Juli yang digelar secara live streaming, Kamis (21/07/2022).
Dalam kesempatan itu, Perry Warjiyo juga menyampaikan Bank Indonesia terus
memperkuat koordinasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan instansi terkait
melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPIP dan TPID) untuk mengelola tekanan
inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi serta mendukung ketahanan
pangan. Guna menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap mendukung proses
pemulihan ekonomi nasional, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal terus
ditingkatkan.
“Bank
Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan, serta mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada
sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta
inklusi ekonomi dan keuangan, “kata Perry Warjiyo.
Masih dibacakannya, perbaikan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut, meskipun dampak perlambatan ekonomi global perlu tetap diwaspadai.
“Perekonomian
domestik pada triwulan II 2022 diprakirakan terus melanjutkan perbaikan,
ditopang oleh peningkatan konsumsi dan investasi nonbangunan serta kinerja
ekspor yang lebih tinggi dari proyeksi awal. Berbagai indikator dini pada Juni
2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen,
penjualan eceran, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur
mengindikasikan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi domestik,
“ungkapnya.
Dari sisi eksternal masih dibilangnya, kinerja
ekspor lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya, khususnya pada komoditas batu
bara, bijih logam dan besi baja didukung oleh permintaan ekspor yang tetap kuat
dan harga komoditas global yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi juga ditopang
oleh perbaikan berbagai lapangan usaha, seperti Industri Pengolahan,
Perdagangan, serta Transportasi dan Pergudangan.
Sementara
itu secara spasial, perbaikan ekonomi ditopang oleh seluruh wilayah terutama
Jawa, Sumatera, dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua).
“Ke depan, perbaikan perekonomian domestik didukung
oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan dan aktivitas dunia usaha. Namun
demikian, perlambatan ekonomi global dapat berpengaruh pada kinerja ekspor,
sementara kenaikan inflasi dapat menahan konsumsi swasta. Dengan perkembangan
tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan bias ke bawah dalam kisaran
proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%, “ jelasnya. [P4/sya/rel]