Kegiatan Sumatranomic ke 3 yang diadakan Bank Indonesia (BI)bersama stake holder perekonomian di Sumut. [Foto: P4/ist]
MEDAN, PILAREMPAT.com--Kepala Perwakilan Bank Indonesia ( KPw BI) Wilayah Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Doddy Zulverdi menyampaikan pertumbuhan ekonomi di Sumut terus mengalami peningkatan.
Pada
triwulan I, ekonomi Sumut tumbuh 3,9%. Pulihnya aktivitas dan mobilitas
masyarakat menjadi faktor pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan I 2022.
Meski
begitu, menurut Doddy, kinerja pertumbuhan masih belum optimal. “Ini
membuktikan kita perlu lebih kerja keras lagi mendorong perekonomian di Sumut,”
kata Doddy pada kegiatan Sumatranomic ke 3 yang diadakan Bank Indonesia (BI) di
Hotel Adimulia, Jalan Diponegoro, Kota Medan, Senin (06/06/2022).
Untuk
itu, inovasi kebijakan sangat diperlukan. Doddy menyebut kebijakan jangka
pendek seperti mengelola distribusi bahan makanan minyak goreng dan lainnya
perlu dilakukan. Selain itu hilirisasi juga perlu didorong.
“Ini tantangan merumuskan kebijakan, pertumbuhan belum optimal tapi inflasi sudah muncul, ini juga butuh dukungan pihak swasta untuk bisa kita mencari letak di mana kita mendorog tanpa menimbulkan tekanan inflasi,” ujar Doddy.
Sementara
itu Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengatakan pembangunan infrastruktur dan
hilirisasi produk pertanian dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Untuk itu,
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) terus mendorong dua hal
tersebut.
Menurut
Edy Rahmayadi, laju pertumbuhan ekonomi bisa disebabkan banyak faktor,
salahsatunya konektivitas. Dengan konektivitas seperti jalan, distribusi barang
atau hasil sumber daya alam daerah akan menjadi lebih mudah.
Disebutkan, harga barang bisa tinggi lantaran tidak didukung infrastuktur yang baik saat pendistribusiannya.
“Untuk itu Pemprov menggelontorkan Rp2,7 triliun untuk
memperbaiki jalan-jalan yang rusak di Sumut,” tandas Edy.
Selain itu, Edy juga mendorong produsen-produsen kelapa sawit untuk mulai memperbanyak produksi turunan atau hilirisasi. Ia menyebut, saat ini produk turunan kelapa sawit sudah mencapai sedikitnya 30 produk.
“Memproduksi produk turunan ini bisa
menyokong perekonomian kita di daerah,” ujar Edy. [P4/sya]