Kenalkan Lebih Dekat Perbankan Syariah, OJK Gelar Media Gathering Virtual

/

/ Jumat, 13 Agustus 2021 / 17.33 WIB

 

            Kepala OJK Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori

MEDAN, PILAREMPAT.COM |  OJK Kantor Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) memperkuat relasi dengan media pers dan menyampaikan market update sektor jasa keuangan di Sumatera Utara (Sumut) melalui kegiatan Media Gathering yang digelar secara virtual yang dihadiri oleh lebih dari 30 perwakilan media pers di Kota Medan, Jumat (13/08/2021). 

Acara tersebut mengambil tema “Mengenal lebih dekat perbankan syariah” dengan menghadirkan narasumber OJK, praktisi perbankan dan akademisi ahli ekonomi syariah, yaitu Dr. Andri Soemitra, MA selaku Ketua Program Doktor Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UINSU, Kemas Erwan Husainy selaku Badan Penasehat Asosiasi Bank Syariah Indonesia dan Regional CEO Region 2 Medan Bank Syariah Indonesia, dan Farid Falatehan selaku Deputi Direktur Pengembangan Perbankan Syariah OJK. 

Kepala OJK Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa stabilitas sistem keuangan Sumatera Utara pada triwulan II 2021 secara umum terjaga dengan baik sehingga dapat terus berperan dalam mendorong pemulihan ekonomi Sumatera Utara, terlihat dari kinerja penyaluran kredit perbankan yang terus pada trend meningkat meski masih terkontraksi, pertumbuhan positif pada penyaluran kredit/pembiayaan pada lembaga pembiayaan non bank, pemulihan sektor asuransi, dan peningkatan signifikan pada aktivitas pasar modal. 

Yusup Ansori menyebut bahwa per Juni 2021, sektor perbankan di Sumut yang terdiri dari 2 bank berkantor pusat, 56 bank berkantor cabang, dan 57 BPR/BPRS menunjukkan pertumbuhan positif double digit dari sisi aset sebesar 12,57% yoy dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 12,40% yoy. 

Sementara dari sisi total penyaluran kredit mengalami trend peningkatan, meskipun masih terkontraksi, namun dari sisi sektoral dan penggunaan, khususnya pada kredit UMKM dan penggunaan Kredit Konsumtif telah tumbuh positif masing-masing sebesar 2,50% yoy dan 4,24%yoy. 

Profil risiko perbankan juga dapat dijaga dengan baik, tercermin dari rasio NPL gross yang dapat turun hingga di bawah 3%, yaitu sebesar 2,97%. Kondisi ini mendorong optimisme sektor perbankan dapat mencatatkan pertumbuhan kredit yang positif pada penghujung tahun 2021. 

“Berdasarkan pemantauan terhadap kondisi dan target penyaluran kredit oleh bank umum, diproyeksikan bahwa penyaluran kredit perbankan di Sumatra Utara akan dapat bertumbuh positif dalam range 4% - 6% di akhir tahun 2021,” kata Yusup.

Penyaluran pembiayaan dari industri keuangan non bank (IKNB) juga sudah mulai bergerak pulih ditandai dengan pertumbuhan yang sudah positif 1,38% ytd pada pembiayaan Perusahaan Pembiayaan. Adapun penyaluran pembiayaan dari Perusahaan Modal Ventura, Perusahaan Gadai Swasta, Lembaga Keuangan Mikro, dan Fintech Lending terus tumbuh tinggi. Sektor asuransi juga memperlihatkan kinerja yang membaik setelah sebelumnya cenderung turun di tahun 2020 akibat pandemi. 

Per triwulan I 2021, Asuransi Jiwa di Sumut secara agregat mencatatkan peningkatan pembayaran premi sebesar 6,68% yoy. Jumlah investor pasar modal di Sumatera Utara per Juni 2021 meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun lalu atau bertumbuh 106,62% yoy sehingga total rekening single investor identification atau SID mencapai 265.844 rekening. 

“Di tengah tekanan yang dihadapi sektor jasa keuangan sejak tahun 2020, industri. Pasar Modal justru mendapatkan angin segar. Setelah meningkat signifikan di tahun 2020, aktivitas pasar modal meningkat lebih tinggi lagi di tahun 2021” ujar Yusup. 

Dalam acara Media Gathering yang mengusung tema “mengenal lebih dekat perbankan syariah”, Yusup menyampaikan bahwa perbankan syariah saat ini terus bertumbuh dengan baik dan masih memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang. 

“Tingginya tingkat religiusitas masyarakat merupakan faktor penggerak perkembangan  industri keuangan syariah, dan hal ini didukung dengan produk bank syariah yang sudah variatif, berdasarkan akad tertentu,” ungkapnya. 

Aset, DPK, dan Pembiayaan Syariah Bertumbuh

Perbankan syariah di Sumatera Utara secara konsisten memperlihatkan perkembangan yang baik. Aset, DPK, dan pembiayaan syariah dapat bertumbuh cukup tinggi bahkan double digit per Juni 2021 masing-masing sebesar 17,54%, 17,92%, dan 16,02% secara yoy. 

Hal yang senada juga disampaikan oleh Farid Falatehan selaku Deputi DirekturPengembangan Perbankan Syariah OJK yang menambahkan bahwa untuk merealisasikan potensi tersebut, perbankan syariah perlu memiliki permodalan yang kuat. 

“Modal yang kuat akan memungkinkan Bank Syariah melakukan inovasi produk dan layanan secara lebih leluasa, selain itu juga akan memudahkan akselerasi digitalisasi perbankan syariah yang dapat menonjolkan keunggulan dan keunikan syariah sehingga mampu memberikan value added bagi masyarakat,” kata Farid. 

Pada kesempatan tersebut, Dr. Andri Soemitra, MA selaku Ketua Program Doktor Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UINSU juga menyampaikan berbagai indikator dan keunggulan dari keuangan syariah. Indonesia tentunya juga seharusnya tidak ketinggalan dalam merealisasikan pasar industri halal. 

“Tidak benar jika membatasi diri pada industri halal akan membatasi rezeki. Pasar industri halal merupakan peluang bisnis yang saat ini sangat terbuka secara global. Para pelaku ekonomi dan bisnis dunia saat ini banyak yang ikut berpartisipasi dalam bisnis di sektor industri halal yang meliputi produk dan jasa halal di sektor makanan, obat-obatan, kosmetik, fashion, wisata ramah muslim, media, dan rekreasi,” kata Andri. 

Kemas Erwan Husainy selaku Badan Penasehat Asosiasi Bank Syariah Indonesia dan Regional CEO Region 2 Medan Bank Syariah Indonesia menyampaikan bahwa dalam menghadapi tantangan industri dan pembiayaan sektor industri halal, perbankan syariah perlu mengeksplorasi pendekatan berbasis ekosistem untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri, khususnya kepada UMKM. 

“Bank dapat berperan sebagai inkubator dengan memberikan fasilitas pembiayaan dan pelatihan kepada nasabah, BUMN dan nasabah besar eksisting dapat menjadi offtaker, dan instansi lainnya seperti Kementerian dan bahkan E-commerce dapat digandeng menjadi partner strategis,” ujarnya. [P4/isya].

Komentar Anda

Berita Terkini