Perangi Virus Corona, Bank Dunia, ADB, AIIB Rencana Pinjamkan Dana untuk Indonesia 7 Miliar Dolar AS

/

/ Minggu, 12 April 2020 / 11.10 WIB

Gunawan Benyamin, SE,MSi

PILAREMPAT.com-MEDAN | Menguatnya nilai tukar rupiah ditopang sejumlah berita bagus, antara lain kemungkinan gelontoran stimulus akan dilakukan pemerintah Amerika Serikat.
Stimulus tersebut seiring peningkatan angka pengangguran di negeri Paman Sam serta kebutuhan dana bagi penanggulangan penyebaran virus corona dan dampak buruknya terhadap ekonomi.
Pemerintah Indonesia juga melakukan berbagai upaya membuat likuiditas atau ketersediaan valas dalam negeri agar bisa meningkat. Solusinya menerbitkan sovereign bond 4.3 milyar dolar AS.
Pengamat pengamat ekonomi, Gunawan Benyamin,SE,MSi, mengatakan sovereign bon atau global bon diharapkan nantinya akan mendongkrak cadangan devisa ke level 125 miliar dolar AS.
Bank Dunia, ADB (Asian Development Bank), dan Asian Infrastructure Invesment Bank (AIIB) juga berencana meminjamkan uang sebesar 7 miliar dolar AS kepada Indonesia.
“Belum lagi rencana IMF akan memberikan ban tuan kepada negara anggotanya termasuk In donesia. Jelas utang ini nantinya membuat paso kan valas di tanah air mengalami peningkatan,” kata Benyamin saat berbincang dengan wartawan, di Medan, Sabtu 11/4/2020
Bahkan katanya Repo Line dari Bank Sentral AS bisa dipakai kapan saja saat dibutuhkan. Bu kankah Indonesia tengah melakukan apapun agar Krisis tidak terulang lagi di negeri ini.
“Pelaku pasar diyakinkan dengan kemampuan kita menghadapi tekanan pasar keuangan. Mulai dari pengelolaan fiskal yang lebih hati hati, hingga me nambah beban utang,” ujar Dosen UISU ini.
Dia menambahkan untuk meredam gejolak rupiah, intervensi rupiah tidak selamanya bisa diharapkan. Tanpa aliran valas dalam bentuk apapun, seperti utang, perjanjiaan swap, hingga REPO.
“Soalnya, jika intervensi rupiah hanya membuat ke percayaan investor terhadap republik ini bisa memudar. Semakin sering diintervensi, kian cepat krisis moneter itu terjadi,” ucap Benyamin.
Persoalannya, negara lain besar kemungkinan melakukan hal sama. Mereka juga menambah pasokan valas. Bahkan menggelontorkan stimulus fiskal maupun moneter untuk memerangi virus corona. Mereka memperbaiki dampak buruk dari Covid-19 itu sendiri. Tetapi, bagaimana jika wabah tidak terselesaikan dalam 3-5 bulan kedepan.
Kalau misalnya pandemi corona kedua lebih parah dari saat ini. Dunia usaha tidak kunjung membaik. Lantas apa manfaat stimulus fiskal, moneter, hingga utang. Tanpa ada dunia usaha uang banyak beredar akan menjadi penyakit bagi masyarakat.
“Kita yakin pemerintah memahami masalah ini. Tapi tidak semua masyarakat faham. Perlu dibangun kesadaran adanya kemungkinan terburuk. Itu sebabnya,masyarakat harus diajak ikut terlibat memberikan kontribusi. Jalan paling mudah men taati aturan social distancing, memakai masker, dan penggunaan hand sanitizer,” kata Benyamin.
Jika semua masyarakat menyadari dan mematuhi protokoler, lanjutnya, potensi penyebaran corona bisa diminimalisir. Ketergantungan akan utang juga semakin kecil. Karena masalah fundamental ekonomi dunia akibat Corona. Menambah utang cuma bentuk reaksi negara dalam memerangi Covid-19 itu. (P4/sya)





Komentar Anda

Berita Terkini