Pilarempat.com-Medan : Dewan
Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tanjungbalai, menggelar acara Soft Launching Kampung Batik, di Sei Daun, Lingkungan VI,
Kelurahan Selat Tanjung Medan, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kota Tanjung
Balai, Rabu (19/2/2020).
Acara dihadiri Ketua Dekranasda) Tanjungbalai, Hj Sri Silvisa Novita M Syahrial,
Wali Kota Tanjung Balai HM
Syahrial, Camat Datuk Bandar Timur, Waris Tholib, Lurah Selat Tanjung Medan,
Rahmat Rambat serta para insan pers, aktivis, mahasiswa masyarakat setempat.
Ketua Dekranasda Kota Tanjungbalai, Hj Sri Silvisa Novita M Syahrial
berkeinginan menjadikan "Kampung Batik", Kelurahan Selat Tanjung
Medan, Kecamatan Datuk Bandar Timur, sebagai pusat produksi kain Batik Kito
yang menjadi Batik khas asal Kota Kerang, Tanjung Balai dan juga menjadi lokasi
destinasi wisata bagi warga setempat dan masyarakat diluar Kota Tanjung
Balai.
Sri Silvisa Novita mengatakan, selain untuk
meningkatkan taraf perekonomian warga yang sudah dilatih menjadi pengrajin,
Kampung Batik diharapkan menjadi salah satu destinasi wisata, karena letaknya
berdekatan dengan Pulau Beswesen yang sedang ditata menjadi objek wisata oleh
Pemerintah Kota Tanjung Balai,"Saat ini sebanyak 40 orang kaum ibu di
"Kampung Batik" sudah dilatih, mulai dari cara mencanting, mewarnai
dan mendesain kain Batik Kito yang umumnya bermotif biota laut sebagai ciri
khas Kota Tanjung Balai" Ujarnya.
Dikatakannya, sejak dirintis tahun 2016 lalu, saat ini produksi kain Batik Kito, dikerjakan 7 orang pengrajin senior dan saat ini sudah mampu melatih pengrajin lainnya telah mencapai 15 helai per harinya. Sedangkan untuk batik tulis yang dikerjakan pengrajin dari warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Pulau Simardan, produksinya sudah mampu memproduksi 4 hingga 7 helai per minggu.
Dikatakannya, sejak dirintis tahun 2016 lalu, saat ini produksi kain Batik Kito, dikerjakan 7 orang pengrajin senior dan saat ini sudah mampu melatih pengrajin lainnya telah mencapai 15 helai per harinya. Sedangkan untuk batik tulis yang dikerjakan pengrajin dari warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Pulau Simardan, produksinya sudah mampu memproduksi 4 hingga 7 helai per minggu.
"Untuk bahan baku seperti kain, alat
canting dan pewarna masih didatangkan dari Pulau Jawa, sedangkan pemasarannya
sudah mulai menembus beberapa daerah seperti Lampung dan Papua. Targetnya bisa
go internasional khususnya di kawasan Asia, yakni Malaysia. Untuk harga jual
kain Batik Kito bervariasi mulai dari Rp 210.000 hingga Rp 500.000 sedangkan
untuk harga batik tulis bisa mencapai jutaan rupiah per helainya,"
jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut Ketua Dekranasda
Tanjungbalai Hj Sri Silvisa Novita M Syahrial, juga mengimbau seluruh kalangan
untuk peduli dan mencintai lingkungan, dengan cara mengurangi sekaligus
memerangi sampah plastik.
"Dalam waktu dekat akan dilaksanakan gotong
royong massal yang melibatkan semua kalangan. Targetnya membersihkan lingkungan
dari sampah plastik yang ada disungai maupun diwilayah permukiman," ujarnya.
Sementara, Wali Kota Tanjungbalai, HM Syahrial sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Ketua Dekranasda Tanjungbalai yang telah menggagas dan mendedikasikan membuat Kampung Batik di Kota Tanjung Balai. Hal itu dilakukan selain untuk membuka lapangan kerja baru dalam peningkatan perekonomian masyarakat juga menarik minat masyarakat Tanjung Balai dan sekitarnya maupun diluar Tanjung Balai untuk melihat langsung proses produksi Batik Kito sebagai kampung wisata.
Sementara, Wali Kota Tanjungbalai, HM Syahrial sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Ketua Dekranasda Tanjungbalai yang telah menggagas dan mendedikasikan membuat Kampung Batik di Kota Tanjung Balai. Hal itu dilakukan selain untuk membuka lapangan kerja baru dalam peningkatan perekonomian masyarakat juga menarik minat masyarakat Tanjung Balai dan sekitarnya maupun diluar Tanjung Balai untuk melihat langsung proses produksi Batik Kito sebagai kampung wisata.
“Memang inilah harapan kita semua, Kota Tanjung
Balai semakin dikenal dengan kreasi dan inovasi baru yang bisa dijadikan ikon
di Sumatera Utara maupun ditingkat Nasional dan Internasional nantinya. Potensi
itu harus dioptimalkan seperti kampung batik yang saat ini kita
saksikan,”ungkap orang nomor satu di kota Tanjung Balai tersebut.” ungkapnya.
Syahrial menambahkan, Batik Kito merupakan Ikon dan simbol kebanggaan sekaligus identitas daerah, karena di pakaian itu tergambar Corak Biota Laut yang menjadi ikon Kota Tanjung Balai.
Syahrial menambahkan, Batik Kito merupakan Ikon dan simbol kebanggaan sekaligus identitas daerah, karena di pakaian itu tergambar Corak Biota Laut yang menjadi ikon Kota Tanjung Balai.
“Ikon-ikon itulah yang menjadikan kebanggan
bagi kita bersama. Dalam konteks pariwisata, pakaian khas Batik Kito ini
nantinya juga dapat dijadikan sebagai souvenir orang-orang luar kota yang
berkunjung ke Kota Tanjung Balai,” ucapnya
Acara yang dirangkai dengan pelatihan membatik yang langsung dilatih oleh Ketua Dekranasda yang diikuti oleh para Insan Pers dan kaum ibu, dilanjutkan dengan makan bersama, lucky draw serta bermain jetsky di perairan Sungai Asahan mengitari Pulau Beswesen dengan penuh kebersamaan. (P4)