Pengangguran Terbuka di Sumut Masih Tinggi

/

/ Jumat, 06 Desember 2019 / 15.15 WIB

Wiwiek Sisto Hidayat, Kepala Bank Indonesia (BI)Wilayah Sumatera Utara.(P4/sya)
 Pilarempat.com, Medan | Sumatera Utara (Sumut) salah satu provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka masih cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain.
Hingga pertengahan 2019, tingkat pengangguran terbuka masih tinggi.Ini akibat lemahnya daya saing sehingga menghambat upaya untuk memperbaiki investasi.
“Investor cenderung memilih daerah dengan daya saing yang lebih baik,” kata Wiwiek Sisto Hidayat, Kepala Bank Indonesia (BI)Wilayah Sumatera Utara, pada Pertemuan Tahunan BI 2019, di Medan, kemarin.
Hadir dalam acara itu, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, Kepala OJK Regional 5, Sumbagut Yusuf Anshori, Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi, pimpinan perbankan, para bupati, walikota, kepala dinas dan stakeholder lainnya.
Wiwiek mengatakan, lemahnya daya saing merupakan bagian tantangan yang terjadi dalam perekonomian Sumut saat ini. Justru diperlukan perhatian dari seluruh pemangku kepentingan dan stakeholder di Sumut.
Dia menyebutkan tahun 2020, prospek kinerja ekonomi Sumut masih menghadapi tantangan. Sehingga perlu ditingkatkan sinergitas, transformasi dan Inovasi antar bidang pembangunan ekonomi di daerah ini.

Diakui berbagai tantangan tersebut menjadi faktor penghambat dalam upaya mendorong dan mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi. Paling tidak ada lima tantangan perekonomian utama dihadapi Sumut yang harus diatasi.
“Pertama, masih besarnya ketergantungan terhadap ekspor terkait komoditas perkebunan dan gejala berkurangnya kontribusi lapangan usaha industri pengolahan bagi perekomian,” rinci Wiwiek.
Melihat potensi sumber daya alam cukup beragam, ekspor Sumut ke pasar luar negeri juga didominasi produk CPO dan karet olahan.Kedua, belum optimalnya efisiensi investasi dan masih rendahnya daya saing Sumut dibandingkan daerah lain.
Tantangan ketiga, terbatasnya kemampuan fiskal serta tendensi backloading dan prosiklikalitas pada pola realisasi belanja daerah.Keempat diperlukannya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

“Kelima, risiko tergerusnya daya beli masyarakat seiring dengan fluktuasi inflasi, khususnya inflasi kelompok bahan makanan (pangan).Karena itu, Sumut perlu memperkuat sinergi, transformasi, dan inovasi untuk menjaga momentum perbaikan ekonomi pada tahun mendatang,” himbau Wiwiek. (P4/sya)
Komentar Anda

Berita Terkini