Medan Deflasi 0,01 Persen, Jelang Ramadhan IHK di Sumut Tekendali

/

/ Kamis, 03 Mei 2018 / 11.27 WIB

Kantor BI perwakilan Sumut
PILAR EMPAT. com | Menjelang bulan suci Ramadhan 2018/1439 H, Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara (Sumut) di bulan April 2018 ini, cukup terkendali. Hal ini terutama didukung oleh pasokan bahan makanan yang memadai. Kondisi tersebut sejalan dengan pola historisnya yang masih berada dalam periode panen.

Bank Indonesia Provinsi Sumut mencatat, Secara bulanan inflasi tercatat 0,06% (mtm), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 0,10% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan periode laporan inflasi tercatat sebesar 0,43% (ytd) atau 4,43% (yoy), masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 3,5% + 1% (yoy)

"Secara spasial, inflasi terjadi di Kota Pematang Siantar sebesar 0,56% dan Kota Padang Sidimpuan sebesar 0,76%. Sementara Kota Medan dan Kota Sibolga mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,01% dan 0,64%. Sumber inflasi di bulan ini terutama berasal dari kelompok administered prices dan core inflation. Sementara sumber penahan inflasi berasal dari kelompok volatile food," jelas Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumut, Arif Budi Santoso dalam siaran persnya, Rabu (2/5/2018).

Kelompok volatile foods (VF)  tercatat deflasi 0,72% (mtm) berbeda arah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 1,23% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada sub-kelompok bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan cabai rawit dan sub-kelompok ikan segar. Hal ini didorong oleh aktivitas panen yang berlangsung sesuai dengan polanya serta kondusifnya cuaca sehingga pasokan cabai dan ikan di pasaran masih cukup baik. Namun demikian, masih terdapat tekanan pada kelompok VF yang berasal dari komoditi bawang merah seiring dengan kegagalan panen komoditi tersebut di beberapa sentra produksi. Sehingga secara tahunan, inflasi pada kelompok VF  masih tercatat relatif tinggi, yaitu 9,22% (yoy).
Kepala BI KPw Provinsi Sumut, Arif Budi Santoso
Sementara itu, tekanan inflasi Administered Price cenderung meningkat yaitu mencapai 0,72% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 0,22% (mtm). Meningkatnya tekanan administered price terutama disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara yang ditengarai dipicu oleh kenaikan permintaan tiket pesawat untuk keperluan perayaan Cheng Beng pada 5 April 2018. Andil inflasi angkutan udara tercatat sebesar 0,12% (mtm).  Selain itu, tekanan pada administered price juga didorong oleh masih terasanya dampak lanjutan kenaikan harga Pertamax sebesar Rp300,- pada akhir bulan Februari. Secara tahunan, inflasi pada kelompok administered prices mengalami tren penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 5,96% (yoy) tahun 2017 menjadi 4,47% (yoy).

Di sisi lain, kelompok core inflation relatif terjaga yang didukung ekspektasi inflasi yang terkelola dengan baik. Secara bulanan inflasi inti tercatat sebesar 0,14% (mtm), relatif stabil dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,18% (mtm). Secara tahunan, inflasi inti tercatat relatif rendah, yaitu 1,86% (yoy).

Ke depan, inflasi diyakini dapat tetap terkendali dan berada pada sasarannya, yaitu 3,5%±1% (yoy), namun tetap mewaspadai potensi tekanan inflasi pada bulan Ramadhan. Untuk itu, dalam ranga mitigasi lonjakan harga khususnya menyambut Ramadhan dan Lebaran, KPw Bank Indonesia Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan upaya pengendalian inflasi sesuai roadmap yang telah disusun. Dalam jangka pendek, upaya pengendalian difokuskan pada pengelolaan pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok. [P4/is]
Komentar Anda

Berita Terkini