PILAREMPAT.com - Medan :
Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Sumatera Kementerian Keuangan Sumatera Utara/Kepala Kanwil DJKN Sumatera Utara, Dodok Dwi Handoko didampingi Kepala Kanwil DJP Sumatera Utara I Arridel Mindra, Kepala Kanwil DJP Sumatera Utara II, Anton Budhi Setiawan, Kepala Kanwil DJBC Sumatera Utara, Sugeng Apriyanto Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara, Indra Soeparjanto, menyampaikan capaian kinerja APBN di Sumatera Utara di Gedung Keuangan Negara Medan.
Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di wilayah Sumatera Utara hingga Desember 2024 menunjukkan tren yang optimistis. Pendapatan negara mencapai Rp41,17triliun atau 102,91% dari target yang ditetapkan, meskipun terdapat penurunan sebesar 0,64% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Pendapatan negara ini terdiri dari penerimaan pajak, kepabeanan dan cukai, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP)," ujar Dodok Dwi Handoko, di hadapan wartawan, di Gedung Keuangan Negara, Jalan Diponegoro, Medan, Jumat (24/1/2025).
Di sisi lain, belanja negara terealisasi sebesar Rp69,55 triliun atau 96,11% dari pagu anggaran, dengan pertumbuhan tahunan 5,82% (yoy). Belanja ini terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah, yang diarahkan untuk mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi serta mendukung berbagai program prioritas pemerintah.
Penerimaan pajak terealisasi sebesar Rp35,29 triliun atau 100,28% dari target, dengan kontribusi terbesar berasal dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri yang mencapai Rp12 triliun. Jenis pajak lainnya yang mencatatkan kontribusi besar adalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sebesar Rp5,6 triliun. PPh Final mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 23,6% (yoy), mencerminkan efektivitas kebijakan pajak yang mendukung aktivitas ekonomi tertentu.
Meskipun sebagian sektor dominan, seperti industri pengolahan dan pertanian, masih mengalami kontraksi, sektor transportasi dan pergudangan menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 21,8%.Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp2,79 triliun atau 103,77% dari target, namun mengalami penurunan sebesar 2,59% (yoy).
Penurunan ini disebabkan oleh stagnasi harga referensi crude palm oil (CPO) serta kebijakan tarif efektif bea masuk yang lebih rendah. Bea masuk mengalami kontraksi sebesar 0,46%, mencapai Rp1,17 triliun atau 100,92% dari target, dengan kontribusi utama dari produk seperti beras, gula, gas petroleum dan pupuk NPK. Sebaliknya, penerimaan bea keluar mengalami pertumbuhan sebesar 16,47%.
Penerimaan cukai juga mengalami penurunan 20,03%, dipengaruhi oleh penurunan produksi barang kena cukai (BKC).Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencatatkan capaian positif hingga Desember 2024, dengan total realisasi sebesar Rp3,09 triliun atau 145,28% dari target, tumbuh 5,17% secara tahunan. [P4/sya]