Pengamat Ekonomi Himbau BI Naikkan BI Rate daripada Melakukan Intervensi di Pasar Uang

/

/ Sabtu, 20 April 2024 / 10.09 WIB

 

Jakarta, PILAREMPAT.com - Pengamat ekonomi/Ekonom mengimbau Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% dalam pertemuan Dewan Gubernur yang dijadwalkan pada pekan depan, 23-24 April.

Kenaikan BI rate bisa membantu rupiah lebih stabil di tengah gejolak geopolitik dan ekonomi global yang semakin tajam belakangan.

Putera Satria Sambijantoro, Head of Equity Research Bahana Sekuritas, mengatakan, BI perlu menaikkan BI rate agar stabilitas nilai tukar rupiah terbantu. Menaikkan BI rate menjadi langkah yang lebih efektif ketimbang terus melakukan intervensi di pasar uang secara agresif dan mengorbankan cadangan devisa, lalu pada akhirnya BI Rate tetap berakhir naik.

"Semakin BI agresif intervensi, maka semakin ketat likuiditas di perbankan, yang pada akhirnya berujung juga pada kenaikan suku bunga di pasar uang sekunder," ungkap Satria. 

Berdasarkan analisis Bahana Sekuritas, bank sentral melakukan intervensi rupiah minimal sekitar US$250 juta per hari. Jika intervensi dilakukan dalam jumlah yang relatif sama sampai akhir April, maka cadangan devisa bisa merosot hingga US$4 miliar. 

Dijelaskannya, jika memperhitungkan utang luar negeri yang jatuh tempo, kebutuhan valas domestik dari pembayaran dividen serta impor migas, maka cadangan devisa bisa turun di kisaran US$4 miliar-US$6 miliar.

Melihat data terakhir, nilai cadangan devisa sudah terkuras US$6 miliar hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini, ketika rupiah bahkan masih mencatat pelemahan 3% pada periode yang sama. Penurunan nilai cadangan devisa sudah berlangsung sejak Januari dan memuncak pada Maret lalu, anjlok US$3,6 miliar yang menjadi penurunan bulanan terbesar sejak Mei 2023.

Meski BI menyebut posisi cadangan devisa Maret tersebut masih memadai, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Namun, tren penurunan cadev yang kian besar patut diwaspadai.

"Ini seperti yang terjadi pada Oktober 2023 lalu. BI pada akhirnya tetap menaikkan suku bunga acuan, setelah melakukan intervensi hingga US$12 miliar dalam periode 6 bulan, akhirnya harus menaikkan suku bunga juga," kata Satria kepada Bloomberg Technoz, Jumat (19/4/2024).

Menurut Satria, kebijakan intervensi rupiah di pasar seperti yang dilakukan BI selama ini bukan tanpa risiko bagi sektor keuangan domestik. 

"Pasalnya, penggunaan cadangan devisa untuk intervensi tersebut akan memperketat likuiditas rupiah di pasar," pungkasnya. [P4/BT]

Komentar Anda

Berita Terkini