Ekonomi Sumut Tumbuh, Tapi Kondisi Ekonomi Terasa Lebih Sulit

/

/ Jumat, 17 Februari 2023 / 10.18 WIB

 

ilustrasi pedagang sembako beras (P4/istimewa)

Medan, PILAREMPAT.com -- Jika menelisik rilis pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera Utara yang sebesar 4.73% selama tahun 2022. Capaian pertumbuhan tersebut memang patut kita syukuri. 


"Namun pemerintah harus mewaspadai beberapa indikator ekonomi yang tetap berpotensi memburuk di tahun 2023 mendatang. Karena di kuartal keempat tahun 2022 dibandingkan kuartal ke tiga di tahun yang sama, beberapa sektor lapangan usaha mengalami perlambatan, bahkan beberapa diantaranya justru terkontraksi atau tumbuh negatif," ungkap Gunawan Benjamin, MSi, Pengamat ekonomi yang juga Ketua Tim pendata harga pangan Sumut kepada Jurnalis Ekonomi di Medan, Jumat 917/2/2023).


Dia menjelaskan, beberapa sektor lapangan usaha yang terkontraksi secara kuartalan adalah industri pengolahan (-0.45%), pertanian kehutanan dan perikanan (-1%), perdagangan reparasi mobil dan motor (-0. 14%). 


"Sementara itu sejumlah sektor yang melambat atau turun adalah konstruksi, pertambangan dan penggalian serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial," sebutnya.


Sementara itu, lapangan usaha yang masih mampu tumbuh di kuartal keempat adalah transportasi dan pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Sejumlah lapangan usaha yang terkontraksi ini tidak terlepas dari penurunan harga sawit selama kuartal keempat tahun 2022 kemarin. Sehingga industri pengolahan maupun sektor pertaniannya mengalami tekanan yang cukup signifikan.


Diejelaskan Gunawan lagi, perlambatan pada sektor lapangan usaha tersebut yang harus tetap di waspadai di kuartal pertama tahun 2023 ini. Karena penurunan harga CPO maupun sawit masih terus berlanjut meskipun terlihat melandai dibandingkan kuartal keempat tahun 2022. Mengingat kinerja sektor pertanian sangat dipengaruhi dengan fluktuasi harga sawit. 


"Dimana sedikit saja terjadi kenaikan pada harga sawit, maka kinerja sektor pertanian kehutanan dan perikanan mengalami kenaikan yang cukup besar, demikian juga sebaliknya," ujarnya .


Pemerintah harus fokus ke sektor tersebut, mengingat penggerak dominan sektor ini justru datang dari sawit. Dimana kenaikan harga pupuk dan penurunan harga sawit ditambah kebijakan pembatasan ekspor, memiliki peran signifikan dalam merubah daya beli masyarakat di wilayah ini. Karena kita tidak bisa mengandalkan sektor yang mampu tumbuh di kuartal keempat kemarin, karena pertumbuhannya lebih dipengaruhi oleh sewaktu Nataru, kemarin.


Itulah mengapa, meksipun ekonomi mampu tumbuh, namun justru ekonomi terasa makin sulit belakangan ini. Ditambah lagi adanya kenaikan sejumlah kebutuhan hidup yang cukup signifikan. Sehingga jangan sampai kita terbuai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terlihat bagus di tengah resesi global saat ini.


"Karena menurut saya masyarakat SUMUT juga turut merasakan dampak resesi ekonomi dunia. Yang tercermin dari melemahnya kinerja ekspor, kenaikan sejumah biaya input produksi pertanian, pelemahan harga jual komoditas pertanian, hingga laju kenaikan kebutuhan hidup khususnya setelah pemerintah menaikkan harga BBM sebelumnya," paparnya. [P4/sya]

Komentar Anda

Berita Terkini