Medan, PILAREMPAT.com - Permintaan atau demand untuk rumah FLPP atau subsidi masih cukup tinggi di tahun 2023 ini. Tren perkembangan rumah subsidi dari tahun ke tahun pada dasarnya mengalami kenaikan.
Dimana Kabupaten Deli Serdang menjadi penyumbang
terbesar pasokan rumah subsidi terbanyak di wilayah Sumut.
“Selain rumah subsidi, Deli Serdang juga menjadi
wilayah pengembangan propertI khususnya rumah hunian yang paling menjanjikan.
Mulai dari rumah subsidi hingga rumah mewah,” ujar Gunawan Benjamin, pengamat
ekonomi Sumut dan analis pasar modal kepada Pilarempat.com, Minggu (15/01/2023).
Menurutnya, tantangan pengembangan rumah hunian di
wilayah Sumut kedepan dari hasil penelitian saya, lebih dipengaruhi oleh faktor
daya beli. Bagi semua tipe rumah, khususnya bagi rumah menengah yang banyak
difasilitasi dengan KPR.
“Permintaan rumah di Sumut tidak bisa dilepaskan
dari laju pertumbuhan ekonomi di wilayah ini,” kata Gunawan.
Di tahun 2022, sebutnya, willingness to pay (keinginan untuk membayar), ditambah dengan ability to pay (kemampuan membayar)
sempat membaik di semester I tahun 2022.
Diungkap Gunawan, ekspektasi pemulihan ekonomi yang
terjadi di awal tahun 2022 menjadi salah satu pendorong meningkatnya permintaan
property di tahun 2022.
“Namun dari hasil pengamatan saya, menjelang tutup
tahun hingga awal tahun 2023 ini, keyakinan masyarakat untuk memiliki rumah
lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022 awal. Ancaman resesi ekonomi
global, tren penurunan harga komoditas unggulan di Sumut, ini membuat
masyarakat cenderung memiliki keyakinan yang menurun,” terangnya.
Menurut Gunawan, hal ini sangat erat kaitannya
dengan kemampuan membayar cicilan rumah kedepan. Sehingga sangat penting bagi
pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat, meskipun ditengah ancaman
perlambatan ekonomi dan resesi ekonomi global upaya tersebut bukanlah sesuatu
yang mudah untuk dilakukan.
“Saya melihat profek pertumbuhan ekonomi di wilayah
Sumut akan berada dikisaran 3 persen di tahun ini. Dan dari ekspektasi
tersebut, saya memang tidak melihat adanya potensi penurunan permintaan pada
rumah subsidi atau FLPP,” tandasnya.
Tetapi dari hasil evaluasi untuk rumah menengah di
deli serdang maupun di kota medan. Masih ada stok rumah baru yang belum
terjual, ditambah dengan beberapa developer yang mengembangkan rumah menengah
namun dengan harga yang relatif stagnan.
Stagnasi pada harga rumah menengah ini justru terjadi
disaat inflasi mengalami kenaikan. “Dan stagnasi tersebut saya terjemahkan
sebagai indikasi gangguan daya beli yang membuat permintaan rumah menengah
relatif tidak berubah. Dan stagnasi pada harga rumah subsidi/FLPP juga terjadi,
meskipun perubahan harga ini sangat bergantung dari kebijakan pemerintah,’ jelasnya.
Sementara untuk bunga, meskipun sejauh ini bunga KPR
ataupun biaya yang ditetapkan oleh Bank Syariah juga belum megalami perubahan.
Akan tetapi, sangat sedikit ditemukan masyarakat yang terlalu mempertimbangkan
besaran bunga bank. Mereka umumnya hanya melihat cicilan, serta disesuaikan
dengan ability to pay nya saja.
“Rumah ini meskipun bukan bahan kebutuhan pokok,
namun memiliki urgensi yang lebih tinggi bagi pemenuhan kebutuhan lainnya.
Masyarakat kita berprinsip bahwa punya rumah itu harus, untuk urusan makan
nanti bisa dicari sambil jalan,” tandas Gunawan. [P4/sya]