Harga Beras Naik Lagi di Sumut, Pengamat Ekonomi: 'Gimana Mau Turunin Angka Kemiskinan kalau Begini..?!'

/

/ Senin, 30 Januari 2023 / 11.40 WIB

Ilustrasi Pedagang Sembako (Foto: Dok. Kementan)

Medan, PILAREMPAT.com - Sejak awal tahun 2022, kita semua pada dasarnya sudah  mengetahui bahwa harga pupuk mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan harga pupuk ini memicu keluhan petani, karena selain harganya mahal, barang juga sempat dikeluhkan sulit untuk didapatkan. 

"Yang bisa dilakukan petani adalah dengan menggunakan pupuk organik, serta tetap membeli pupuk biasa meskipun harganya selangit,"ujar Gunawan Benjamin, MSi, Pengamat Ekonomi yang juga Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, kepada wartawan/Jurnalis Eonomi Sumut, Senin (30/1/2023).

Menurutnya, pupuk organik berdasarkan penuturan petani itu dampak terhadap tumbuh kembang tanaman butuh waktu lama, dan tidak bisa diharapkan efeknya secara instan. Sementara kalau menggunakan pupuk yang  harganya lebih mahal, maka biaya input produksi tentunya mengalami kenaikan. Penggunaan pupuk organik berpeluang menekan produktifitas tanaman padi, sementara penggunaan pupuk kimia akan memicu kenaikan harga jual.

Dejelaskan Gunawan lagi, dampak keduanya bagi konsumen adalah kenaikan harga beras itu sendiri. Jadi dampak kenaikan harga pupuk di dunia belakangan ini memberikan pukulan signifikan bagi harga pupuk di tanah air. Sehingga kalau kita menghitung estimasi produksi tanaman padi dari setiap Ha (hektar) lahannya, tentunya metode yang dilakukan tidak lagi dapat menggunakan metode yang lama. Asumsi produksi per hektarnya seharusnya dikaji kembali.

Jadi ada potensi data yang disajikan tidak lagi mencerminkan kondisi ril dilapangan. Klaim pedagang di pasar induk cipinang Jakarta yang menyatakan bahwa pasokan mengalami penurunan perlu dikaji lebih mendalam lagi. Bukan tidak mungkin memang benar disitu masalahnya. Sehingga apa yang dilakukan BULOG dengan mengintervensi harga justru tidak memberikan efek penurunan harga yang signifikan.

"Kenapa?, karena jika produksi tanaman padi mengalami penurunan, maka BULOG harus mendapatkan lebih banyak pasokan beras untuk mengintervensi harga. Jadi memang ada masalah di hulu hingga ke hilir yang perlu dibenahi disini. Saya melihat bahwa dengan kenaikan harga pupuk maka pada dasarnya harga pangan di tingkat konsumen juga akan naik," ungkapnya.

Jadi menurutnya, sekalipun bulan maret mendatang diproyeksikan kita akan memasuki musim panen padi. Tidak jaminan harga akan lebih rendah dari tahun tahun sebelumnya di musim yang sama. Karena bahan dan biaya inputnya sudah berbeda. Berdasarkan PIHPS, harga beras di kota Medan saat ini berada dikisaran angka 10.100 hingga 13.300 per Kg. Padahal di pekan sebelumnya berada dalam rentang 9.750 hingga 13.200 per Kg.

Ada kenaikan sekitar 100 hingga 350 rupiah per Kg di kota medan. Dan dalam sepekan terakhir, sejumlah kota lain di SUMUT seperti Pematang Siantar, Gunung Sitoli dan Padang Sidempuan harga berasnya juga mengalami kenaikan mengacu ke PIHPS. 

"Beras ini menjadi bahan makanan pokok, kalau harganya naik terus bagaimana mau turunin angka kemiskinan kalau begini...?!" tandas Gunawan.

Maka dalam jangka pendek, menurutnya, yang harus dilakukan adalah distribusi beras ini harus di awasi, pastikan praktek mafia dan spekulan bisa dihilangkan, porsi cadangan dan operasi pasar BULOG di perbanyak, dan penyajian data produksi harus dimutakhirkan lagi. Dan dalam menengah panjang yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan pupuk dan harga yang terjangkau untuk petani padi, kesejahteraan petani padi harus dinaikkan mengacu ke NTP yang harus di atas 100, pendampingan penggunaan pupuk organik, hingga upaya untuk menekan inflasi. [P4/sya]

Komentar Anda

Berita Terkini