MEDAN--PILAREMPAT.COM | Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry
Warjiyo mengaku optimis bahwa ke depan di tahun 2022 ekonomi Indonesia akan
maju dan lebih seimbang. Tentunya dibarengi dengan sinergi dan inovasi bersama
sekaligus seiring meredanya Covid-19.
Hal itu diutarakan Perry pada
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 dengan Tema “Bangkit dan Optimis
Sinergi dan Inovasi Untuk Pemulihan Ekonomi” di Jakarta dan disiarkan secara
virtual yang dihadiri Presiden RI Jokowidodo, para menteri, Gubernur setiap
provinsi, OJK, Kepala BI setiap provinsi dan seluruh stakeholder lainnya
termasuk awak media, Rabu (24/11/2021).
“Dengan sinergi dan inovasi
Indonesia akan maju kedepan di tahun 2022. Mari kita perkuat optimisme ekonomi
menuju Indonesia maju. Pemulihan ekonomi global pada tahun 2022 akan menuju
lebih seimbang seiring meredanya Covid-19, pembukaan sektor ekonomi dan
stimulus kebijakan,” kata Perry.
Ditambah lagi di negara maju
seperti Eropa dan Jepang menyusul Amerika Serikat, negara emarging India dan
juga menyusul Tiongkok volume perdagangan dunia meningkat dan harga komunitas
tinggi.
Meski begitu, dikatakan Perry
muncul lima permasalahan baru yang perlu dicermati. Pertama normalisasi
kebijakan di negara maju dan ketidakpastian pasar keuangan global. Kedua,
dampak luka memar Pandemi korporasi dan sistem keuangan. Ketiga meluasnya
sistem pembayaran digital antar negara dan risiko aset kripto. Keempat tuntutan
ekonomi keuangan hijau. Kelima, melebarnya kesenjangan inklusi ekonomi.
“Kelima permasalahan Global
ini akan menjadi agenda prioritas Presidensi Indonesia G20 pada tahun 2022
dengan Recover together Recover Strong. Di Indonesia ekonomi akan pulih pada
tahun 2022. Insyaallah pertumbuhan akan lebih tinggi mencapai 4,7 sampai 5,5%
pada 2022 dari 3,4 sampai 4% pada 2021,” ungkapnya.
Selain itu export konsumsi
dan investasi juga meningkat didukung vaksinasi, pembukaan sektor ekonomi dan
stimulus kebijakan. Stabilitas nilai tukar Rupiah akan tetap terjaga sesuai
komitmen kuat ban Indonesia ditengah normalisasi moneter. Defisit transaksi
berjalan rendah sekitar 0,1% PDB pada 2021 dan 1 setengah persen PDB pada 2022.
Perry juga memaparkan bahwa
cadangan Devisa meningkat, keuangan terjaga, kecukupan modal tinggi, likuiditas
melimpah, dana pihak ketiga dan kredit akan tumbuh masing-masing 7 sampai 9%
dan 6 sampai 8% pada 2022. Kemudian Ekonomi keuangan digital meningkat pesat.
Pada 2022 ecomers mencapai 530 triliun rupiah, uang elektronik 337 triliun
rupiah. Sementara perbankan digital lebih dari 58 ribu triliun rupiah.
“Sinergi dan inovasi adalah
kunci untuk bangkit. Ekonomi nasional akan bangkit tahun depan. Inilah semngat
terus bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah, baik Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan, dan tentunya perbankan, dunia usaha,
DPRKomisi XI, akademisi, media dan masyarakat,” pungkasnya. [P4]