MEDAN--PILAREMPAT.COM | Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara, Soekowardojo mengatakan pertumbuhan perekonomian triwulan II-2021 mengalami fase bounce back, didukung faktor base effect dan perkembangan indikator terkini.
“Dari
sisi pengeluaran, ekspor tercatat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, didorong
akselerasi indeks PMI global, pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang, serta
kenaikan harga komoditas makanan dan CPO di pasar internasional,” ungkap Soekowardojo (foto) saat Bincang Bareng Media (BBM) dengan awak media secara
online, Senin (25/10/2021).
Menurut
Soekowardojo pada bincang bareng media (BBM) secara virtual zoom, dari sisi
lapangan usaha, seluruh komponen utama mengalami perbaikan dengan pertumbuhan
tertinggi berasal dari Lapangan Usaha (LU) Perdagangan yang dipengaruhi Hari Besar Keagamaan dan
Nasional (HBKN) Idul Fitri.
Selain
itu kata Soekowardojo, LU Pertanian juga mengalami peningkatan di tengah
melimpahnya produksi perkebunan yang diiringi dengan kenaikan harga komoditas.
Lebih
lanjut dipaparkan Soekowardojo, sisi LU pertanian paling meningkat yakni 21,82
persen. Sedangkan disisi Pengeluaran paling meningkat yakni konsumsi rumah
tangga yakni 51,44 persen.
Sedangkan
untuk harga pangan strategis terpantau stabil pada 22 Oktober 2021, kecuali
untuk minyak goreng. Hingga saat ini harga minyak goreng masih terpantau
relatif tinggi dipicu oleh naiknya harga CPO global.
Melihat
perkembangan ini, TPID Sumatera Utara melalui Biro perekonomian dalam proses
penjajakan kerjasama antara BUMD PT. Perkebunan Sumatera Utara dengan PT. KIM
untuk produksi minyak goreng Sumut Bermartabat.
Disebutkannya
stabilitas harga komoditas pangan strategis juga diperkuat dengan hasil survey
aliran pasokan Bank Indonesia yang menunjukan aliran pasokan pada pedagang
besar di Kota Medan masih relatif stabil serta kecukupan stok di gudang Bulog
khususnya untuk beras.
Selain
pertumbuhan perekonomian, dalam memasuki September 2021, ketahanan sistem
keuangan juga membaik. Hal itu tercermin dari tingkat profitabilitas (ROA) yang
meningkat dan rasio BOPO yang relatif menurun bahkan lebih rendah dibandingkan
rasio sebelum pandemi.
Meski
pada indikator lainnya, intermediasi perbankan (LDR) tercatat menurun didorong
respon kenaikan DPK dan penurunan penyaluran kredit.
Namun
di sisi lain, kredit tertahan (Undisbursed Loan) meningkat, didukung dengan
peningkatan pada seluruh kelompok bank.
“Adapun spread bunga perbankan mencatatkan angka
yang cukup stabil pada 5,4 persen, sedikit naik dibandingkan pada Triwulan II 2021
sebesar 5,1 persen, namun tetap sejalan dengan BI7DRRR yang masih di angka 3,5
persen,” sebut Soekro. [P4/sya]