PARAPAT--PILAREMPAT.COM | Dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia (BI) dengan fungsinya menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan sistem pembayaran menggulir program transaksi LCS (Local Currency Settlement), yaitu transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal.
“Salah satu program pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional
khususnya untuk mendukung kegiatan ekspor-impor pengusaha, adalah melalui
pengembangan transaksi LCS,” ujarBayront Yudit Rumondor, Asisten Direktur
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Pusat Jakarta saat memberikan materi
dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi dan Bisnis yang diselenggarakan BI Sumut di
Niagara Hotel, Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumut, Sabtu siang (30/10/2021).
Disebut Bayront,
LCS adalah salah satu upaya pemerintah melakukan pemulihan ekonomi yang
tertuang pada UU No.2 tahun 2020 tentang Pemulihan Ekonomi Nasional terkait
Covid-19 dan Peraturan Perundang-undangan pada Pasal 26 PP No.23 tahun 2020
tentang program pemulihan ekonomi nasional.
LCS juga
melakukan penyelesaian transaksi bilateral yang dilakukan oleh pelaku usaha
Indonesia dan negara mitra dengan menggunakan mata uang masing-masing melalui bank
yang ditunjuk menjadi Appointed Cross
Currency Dealers (ACCD), yaitu ada 22 bank umum dan swasta.
“Ini upaya kita agar tidak terlalu ketergantungan kepada
mata uang US Dollar saja,” tandas nya.
Dalam pelaksanaan LCS, terang Bayront lagi, kementerian/lembaga dapat memberikan kemudahan, fasilitas, insentif, percepatan pelayanan ekspor-impor sesuai ketentuan undang-undang.
Efesiensi dan Pengembangan Pasar Uang di Tahun 2025
BI mengimplementasikan kebijakan LCS
ini sebagai salah satu upaya untuk mempercepat pengembangan pasar, mengurangi
volatilitas terhadap nilai tukar Rupiah dan untuk meningkatkan efisiensi pasar.
“LCS merupakan salah satu topik kebijakan BI dalam pengembangan
pasar uang di 2025,” sebut Bayrount.
Saat ini, ungkap Bayront, BI sudah melakukan kemitraan kepada 4
Negara dalam hal kerjasama di LCS yaitu, Thailand, Malaysia, Jepang dan
Tiongkok. Kedepan, beberapa negara lain yang berhubungan di bidang perdagangan
hingga investasi dengan Indonesia mulai mendekatkan diri dan dalam upaya
bergabung.
Bayront mejelaskan, sistem LCS memberikan beberapa manfaat
kepada antar negara yang terlibat. Diantaranya, fleksibilitas transaksi bagi
pengusaha dengan adanya threshold transaksi yang lebih longgar dibandingkan
transaksi USD/IDR. Kemudian, nasabah dapat membuka rekening mata uang lokal
mitra di Indonesia.
Manfaat lainnya, nasabah LCS dapat melakukan remitansi dalam
mata uang lokal untuk penerimaan atau pengiriman gaji atau pendapatan. Nasabah
juga dapat memperoleh financing dalam mata uang lokal mitra di Indonesia untuk
kebutuhan setelmen ke negara mitra, misalnya membuka LC dalam MYR, THB, JPY,
CNY atau IDR Direct quotation dan biaya hedging yang relatif rendah.
“Nasabah dapat membuat atau membuka rekening mata uang lokal.
Semisal kita membuat rekening dengan mata uang Ringgit, Yuan dan lainnya. Saat
ini kita masih dalam penjajakan agar pelaku-pelaku usaha yang menggunakan skema
LCS ini bisa mendapatkan intensif,” ungkapnya.
Saat ini, sebut Bayront, perkembangan transaksi LCS di Indonesia
volumenya meningkat, bahkan transaksi LCS di Indonesia dengan perdagangan
Indonesia ke luar cukup besar.
Namun, beberapa pelaku usaha asal indonesia yang sudah melakukan
skema LCS dominannya berada di wilayah Pulau Jawa.
Dia pun berharap untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah, pelaku usaha di daerah lain di luar Jakarta dan
Jawa lain bisa ikut berpartisipasi dalam program LCS, apalagi pengetahuan soal
LCS belum merata. Sosialisasi ke bank-bank ACCD akan memberikan intensif bagi
nasabah yang menggunakan skema LCS.
“Sebab itu, dengan adanya kegiatan pelatihan ini, wartawan
selaku mitra kerja Bank Indonesia bisa mensosialisasikan skema LCS dan manfaat
LCS bagi pelaku usaha,”ujarnya.
Kegiatan pelatihan wartawan ini dilakukan Bank Indonesia Kantor
Perwakilan Sumatera Utara (KPw-BI Sumut) dibuka oleh Kepala KPw BI Sumut,
Soekowardojo, didampingi Deputi BI Sumut, Ibrahim, Kepala Divisi Pengembangan
dan Ekonomi BI Sumut, Poltak Sitanggang, dan staf BI Sumut lainnya.
Hadir juga narasumber dari
Deputi Manager Marketing KFPT Bank BCA Medan, Richard Iskandar dan tim
Marketing di BCA, serta ditutup dengan materi tentang motivasi yang disampaikan
Wahyudi. [P4/sya]