BI Dorong Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Program Transaksi LCS

/

/ Sabtu, 30 Oktober 2021 / 19.21 WIB

 

PARAPAT--PILAREMPAT.COM | Dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia (BI) dengan fungsinya menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan  sistem pembayaran  menggulir program transaksi LCS (Local Currency Settlement), yaitu transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal.

“Salah satu program pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional khususnya untuk mendukung kegiatan ekspor-impor pengusaha, adalah melalui pengembangan transaksi LCS,” ujarBayront Yudit Rumondor, Asisten Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Pusat Jakarta saat memberikan materi dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi dan Bisnis yang diselenggarakan BI Sumut di Niagara Hotel, Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumut, Sabtu siang (30/10/2021).

Disebut Bayront, LCS adalah salah satu upaya pemerintah melakukan pemulihan ekonomi yang tertuang pada UU No.2 tahun 2020 tentang Pemulihan Ekonomi Nasional terkait Covid-19 dan Peraturan Perundang-undangan pada Pasal 26 PP No.23 tahun 2020 tentang program pemulihan ekonomi nasional.

LCS juga melakukan penyelesaian transaksi bilateral yang dilakukan oleh pelaku usaha Indonesia dan negara mitra dengan menggunakan mata uang masing-masing melalui bank yang ditunjuk menjadi Appointed Cross Currency Dealers (ACCD), yaitu ada 22 bank umum dan swasta.

“Ini upaya kita agar tidak terlalu ketergantungan kepada mata uang US Dollar saja,” tandas nya.

Dalam pelaksanaan LCS, terang Bayront lagi, kementerian/lembaga dapat memberikan kemudahan, fasilitas, insentif, percepatan pelayanan ekspor-impor sesuai ketentuan undang-undang.


Efesiensi dan Pengembangan Pasar Uang di Tahun 2025

BI mengimplementasikan kebijakan LCS ini sebagai salah satu upaya untuk mempercepat pengembangan pasar, mengurangi volatilitas terhadap nilai tukar Rupiah dan untuk meningkatkan efisiensi pasar.

“LCS merupakan salah satu topik kebijakan BI dalam pengembangan pasar uang di 2025,” sebut Bayrount.

Saat ini, ungkap Bayront, BI sudah melakukan kemitraan kepada 4 Negara dalam hal kerjasama di LCS yaitu, Thailand, Malaysia, Jepang dan Tiongkok. Kedepan, beberapa negara lain yang berhubungan di bidang perdagangan hingga investasi dengan Indonesia mulai mendekatkan diri dan dalam upaya bergabung.

Bayront mejelaskan, sistem LCS memberikan beberapa manfaat kepada antar negara yang terlibat. Diantaranya, fleksibilitas transaksi bagi pengusaha dengan adanya threshold transaksi yang lebih longgar dibandingkan transaksi USD/IDR. Kemudian, nasabah dapat membuka rekening mata uang lokal mitra di Indonesia.

Manfaat lainnya, nasabah LCS dapat melakukan remitansi dalam mata uang lokal untuk penerimaan atau pengiriman gaji atau pendapatan. Nasabah juga dapat memperoleh financing dalam mata uang lokal mitra di Indonesia untuk kebutuhan setelmen ke negara mitra, misalnya membuka LC dalam MYR, THB, JPY, CNY atau IDR Direct quotation dan biaya hedging yang relatif rendah.

“Nasabah dapat membuat atau membuka rekening mata uang lokal. Semisal kita membuat rekening dengan mata uang Ringgit, Yuan dan lainnya. Saat ini kita masih dalam penjajakan agar pelaku-pelaku usaha yang menggunakan skema LCS ini bisa mendapatkan intensif,” ungkapnya.

Saat ini, sebut Bayront, perkembangan transaksi LCS di Indonesia volumenya meningkat, bahkan transaksi LCS di Indonesia dengan perdagangan Indonesia ke luar cukup besar.

Namun, beberapa pelaku usaha asal indonesia yang sudah melakukan skema LCS dominannya berada di wilayah Pulau Jawa.

Dia pun berharap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pelaku usaha di daerah lain di luar Jakarta dan Jawa lain bisa ikut berpartisipasi dalam program LCS, apalagi pengetahuan soal LCS belum merata. Sosialisasi ke bank-bank ACCD akan memberikan intensif bagi nasabah yang menggunakan skema LCS.

“Sebab itu, dengan adanya kegiatan pelatihan ini, wartawan selaku mitra kerja Bank Indonesia bisa mensosialisasikan skema LCS dan manfaat LCS bagi pelaku usaha,”ujarnya.

Kegiatan pelatihan wartawan ini dilakukan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatera Utara (KPw-BI Sumut) dibuka oleh Kepala KPw BI Sumut, Soekowardojo, didampingi Deputi BI Sumut, Ibrahim, Kepala Divisi Pengembangan dan Ekonomi BI Sumut, Poltak Sitanggang, dan staf BI Sumut lainnya.

Hadir juga narasumber dari Deputi Manager Marketing KFPT Bank BCA Medan, Richard Iskandar dan tim Marketing di BCA, serta ditutup dengan materi tentang motivasi yang disampaikan Wahyudi. [P4/sya]


Komentar Anda

Berita Terkini