BI: Dipengaruhi Pengurangan Subsidi Harga Solar, Inflasi Sumut Diprediksi Meningkat

/

/ Jumat, 11 Juni 2021 / 16.49 WIB

 




MEDAN, PILAREMPAT.com | Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Sumatera Utara di tahun 2021 meningkat dari 2020. Kenaikan tekanan inflasi seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian didorong peningkatan mobilitas masyarakat, permintaan domestik, dan harga komoditas global, terutama penguranagn subsidi harga Bahan Bakar Minyak jenis solar.

“Adanya pengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak atau BBM jenis solar sebesar Rp350 per liter bisa menjadi pemicu tingkat inflasi pada tahun ini,” ujar Soekowardoj, Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumatera Utara pada Bincang Bareng Media (BBM) yang digelar secara offline dan online, di Medan, Kamis (10/6/2021).

Didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut, Andiwiana Septonarwanto dan Ibrahim, Soekowardojo menyebutkan, terjadinya kenaikan harga cukai rokok naik rata-rata 12,5% per 1 Februari 2021 juga diprediksi bisa mempengaruhi inflasi.

“Demikian pula adanya insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) diperkirakan akan mendorong konsumsi kendaraan bermotor per1 Maret 2021 dan pemberlakuan kebijakan pelonggaran LTV dan DP kendaraan bermotor per 1 Maret 2021 diprediksi meningkatkan inflasi,” ungkap Soekowardojo.

Ia mengatakan, berbagai faktor lainnya jiuga menjadi faktor penyebab inflasi diprediksi meningkat karena membaiknya daya beli masyarakat seiring dengan program vaksinasi yang telah berjalan dan membaiknya kondisi lapangan kerja

Kemudian implementasi vaksinasi yang mendorong mobilitas masyarakat dan juga karena adanya peningkatan permintaan dan ekspektasi masyarakat secara umum .

Selain itu kata Soekowardoj, prediksi meningkatnya inflasi kareana daya beli masyarakat membaik seiring dengan aktivitas dunia usaha yang mulai pulih dan program bantuan sosial pemerintah yang masih berjalan.

Faktor lainnya juga karena harga komoditas pada makanan dan minuman dunia yang mengalami peningkatan mempengaruhi perkembangan harga pangan domestik.

Disebut Soekowardojo, realisasi Mei 2021 mencatatkan inflasi sebesar 0,22 (mtm). Realisasi inflasi ini masih relatif rendah dari rata-rata 3 tahun terakhir yang tercatat 0,29% meski arahnya telah sesuai.

Sumber inflasi kata Soekowardojo berasal dari kelompok pakaian dan alas kaki terutama didorong kenaikan harga subkelompok pakaian seperti baju anak stelan, baju muslim wanita, dan mukena diprakirakan seiring meningkatnya permintaan menjelang lebaran.

Di sisi lain deflasi yang terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau menahan laju inflasi lebih tinggi, dipicu depresiasi harga cabai merah, cabai rawit, dan sawi hijau.

Melimpahnya pasokan aneka cabai menyusul cuaca yang baik di tengah penurunan permintaan konsumen usai Lebaran menjadi penyebab utama penurunan harga aneka cabai.

“Hal serupa terjadi pada sawi hijau yang harganya turun seiring terjaganya pasokan dan penurunan permintaan konsumen pasca Idul Fitri 1442 Hijrah yang lalu,” ujarnya. [P4/sya/rel]


Komentar Anda

Berita Terkini