Sudah Efektifkah Belajar Secara Online di Rumah ?!

/

/ Senin, 06 April 2020 / 18.37 WIB

Ilustrasi Bimbel Online (foto:istimewa)
PILAREMPAT.com-Medan : Sudah efektifkah penerapan sistem belajar secara online di rumah? Model belajar seperti ini terkesan “canggung”. Bayangkan sejak kasus Covid-19 menyebar ke sejumlah negara termasuk Indonesia, model belajar di tanah air langsung berubah.
Dari sebelumnya bertatap muka (face to face). Kini dilakukan melalui jaringan dengan menggunakan aplikasi yang mendukung terciptanya pembelajaran antara guru dengan murid atau dosen-mahasiswa.
Model belajar seperti ini boleh dibilang “canggung” buat mahasiswa dan dosen.Meksipun model pembelajaran baru akibat wabah corona harus dilakukan.
Seperti diungkapkan Dosen Universitas Islam Indonesia (UISU) Medan, Gunawan Benyamin banyak mahasiswa menilai belajar online ini memiliki sisi positif. Semua mahasiswa sepakat belajar online sehingga membuat interaksi mereka dengan orang lain menjadi berkurang.
Rasa was-was keluarga mahasiswa berkurang seiring merebaknya covid-19. Keuntungan lainnya, mahasiswa bila belajar setiap waktu, kapanpun di manapun dengan catatan selama terdapat jaringan telekomunikasi.
Nah, belajar online menurut penilaian Benyamin pada dasarnya juga menghemat pengeluaran mahasiswa. Dari sisi pengeluaran biaya hidup seperti kos, makan/minum (konsumsi), hingga transportasi dan fleksibilitas waktu.
Begitulah beberapa keuntungan bagi mahasiswa selama belajar online. Meskipun tetap ada sisi negatif yang menjadi masalah bagi mahasiswa. Mulai dari banyaknya tugas, infrastruktur jaringan terbatas hingga masalah kehadiran yang diskriminatif.
Mahasiswa menilai, program belajar online ini cenderung lebih banyak memberikan tugas dibandingkan pem belajaran. Mahasiswa menilai bahwa belajar online ini lebih mirip menjadi “tugas online”.
“Karena dosen cenderung memberikan banyak tugas dibandingkan penjelasan materi yang diajarkan. Selain itu, mahasiswa yang tinggal di wilayah luar dengan jaringan telekomunikasi seadanya atau bahkan buruk membuat mereka kesulitan untuk mengikuti belajar cara online,” ungkap Benyamin saat berbicara kepada Pilarempat.com, Senin (6/4/2020)
Salah satu mahasiswi saya, di Kabupaten Labuhanbatu Utara, katanyauntuk bisa mengikuti belajar online, dia harus menuju lokasi jauh dari rumahnya baru dapat sinyal telepon dengan kualitas jaringan 4G.
“Paling tidak sang mahasiswa harus menempuh waktu 30 menit untuk bergerak ke tempat yang.memiliki sinyal teleponnya. Bahkan tidak jarang sang mahasiswa harus menetap) di salah satu tempat seperti Warnet (warung internet) seharian,” ungkap Benyamin.
Aktifitas berlajar ini dilakukan mahasiswa mengingat dosen bisa saja memberikan materi atau tugas secara dadakan. Bukankah membuat mahasiswa memilih untuk menunggu (standby) sampai benar-benar pelajaran usai. Kurangnya ketersediaan infrastruktur ini juga dialami mahasiswa lain termasuk pemadaman listrik.
Risikonya setiap pemadaman listrik, maka jaringan telepon pun akan lenyap. Sekitar 15 menit setelah aliran listrik menyala jaringan telepon baru bisa tersambung. Nah, di masa jeda itu belajar online tengah dilakukan
“Alhasil bukan tidak mau ikut kuliah online, tapi terken dala infrastruktur tidak merata di setiap wilayah di Sumatera Utara. Lantas mahasiswa dinilai tidak meng hadiri kegia tan perkuliahan,” kata Benyamin
Bukan hanya itu bagi mahasiswa yang bekerja, belajar cara online juga membuat pekerjaan mereka terganggu. Tidak sedikit mereka mengeluhkan jam belajar online itu bertabrakan dengan jam waktu kerja. Selanjutnya yang mereka juga mengeluh soal perkuliahan di lakukan se cara video conference.
Bayangkan saja, selain membutuhkan sinyal telepon yang valid.Video conference juga tidak bisa dilakukan dengan kualitas jaringan seadanya. Banyak mahasiswa menilai kebijakan ini membuat mereka sering disebut tidak mengikuti perkuliahan.
Benyamin meyebutkan pertimbangan lainnya, video conference ini membuat beberapa privasi mahasiswa terganggu. Misal mahasiswa yang bekerja, merasa risih kalau harus melakukan tatap muka dengan video. Karena akan memperlihatkan aktifitas mahasiswa saat itu.
Itu sebabnya tidak sedikit yang mengeluhkan bahwa belajar online membuat mahasiswa harus mengeluarkan biaya paket data yang tidak sedikit. Tak jarang pula harus meminta kepada orang tuanya membelikan HP baru yang bisa mendukung kegiatan belajar online tersebut.
Secara keseluruhan, Benyamin mengakui semua ma hasiswa berpendapat bahwa belajar online ini tidak efektif. Selain, materi disampaikan belum tentu bisa diterima dengan baik. Pelimpahan tugas banyak, keterbatasan infrastruktur jaringan, hingga problema biaya menjadi keluhan mahasiswa. . (P4)





Komentar Anda

Berita Terkini