Masker Kain UKM 'Orang Medan', Prospek Bisnis di Tengah Badai Virus Corona

/

/ Minggu, 19 April 2020 / 15.36 WIB
Liza sedang menjahit masker  di rumahnya, jalan HM .Joni Medan. (foto:P4/ M.uhammad Isya)

MEDAN-PILAREMPAT.com : Setiap musibah ternyata ada berkahnya, di tengah badai masih ada suatu harapan. Pameo yang bijak tersebut cocok kita sandangkan untuk pelaku Usaha Kecil Menengah  (UKM) tempahan baju di Kota Medan yang sekarang beralih profesi menjadi bisnis pembuat masker kain sebagai bisnis sampingan.

Di tengah badai Corona Virus Disease (Covid-19) yang mewabah di seluruh dunia ini, bagi Liza (50) membuat masker kain untuk alat pelindung diri (APD) dari pansemi virus Corona menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Diakuinya dalam membuat masker ini  dikerjakannya sebagai selingan waktu di tengah profesi sebagai tukang jahit yang menerima tempahan.

“Baru bulan Maret saya mencoba buat masker, bahan bakunya dari kain katun berbagai motif, saya beli dengan modal sendiri.Kami lihat pasarnya cukup menjanjikan. Masker ini kami jual sendiri secara eceran tapi ada yang kami titipkan di pedagang penjual masker,” ungkap Liza didampingi suaminya saat menjawab Pilarempat.com di rumahnya sekaligus tempat usaha kecil tempahan jahitan, di Jalan H.M. Joni, Gg. Masjid, Medan, Minggu (19/4/2020).

Liza mengungkapkan, produk masker produknya itu dijualnya secara eceran dengan dibantu suaminya, sebagian ditolaknya ke pedagang-pedagang kecil, termasuk spesial penjual masker  kain yang banyak kita lihat di sepanjang jalan di seputaran Kota Medan, dan ada yang dititipkannya  ke toko-toko, seperti tempat fotokopi, penjual aksesoris helm & fashion eceran .

Ia menyebutkan, dalam sehari bisa menjahit atau menghasilkan 50 sampai100 buah/potong masker. Harga eceran masker ini  Rp15.000,-/ dua buah , dan satu buah Rp8.000,- ,sedangkan yang lebih murah ada dijual Rp5.000,- tapi bahan pengikat/talinya dari karet.

“Bahkan di awal merebaknya virus Corona bulan januari-februari lalu banyak juga pengecer jual  masker ini sampai Rp10.000 per buah,” sebut Liza.

Masker kain buatan Kak Liza ada berbagai motif dan warna yang menarik. (foto: P4/M.Isya)
Ia merincikan, keuntungan diperoleh dari setiap potong masker kain yang dibuatnya itu sebesar Rp1.000,- saja. Jika dijual Rp5.000,-/buah, itu sudah termasuk perkiraan biaya/cost operasional Rp4.000,-, yaitu Rp2.000,-upah jahit ditambah biaya bahan bakunya kain katun juga Rp2.000,.-yang berukuran 20 cm x 20 cm.

“Sebenarnya sejak bulan Februari sudah ada yang menyuruh saya yaitu toke konveksi yang mau mengorder banyak masker tapi  waktu itu  hati saya belum tergerak untuk membuatnya,” ungkap Liza.

Ia menganjurkan agar masker yang baru dibeli hendaknya sebelum dipakai supaya yang memakainya tidak terhirup pengaruh zat kimia yang melekat di kain  lebih baik dicuci dan digosok supaya bersih dan mati kumannya.

“Alhamdulillah, kerjaan sampingan ini bisa menambah income ekonomi keluarga saya. Ya, lumayanlah omzet penjualannya, meskipun cuma ambil untung Rp1.000,- per potongnya,” ucap Liza.

Dari 50 buah/potong masker itu misalnya, terang Liza, ia menghabiskan sampai 3-4 meter kain sebab dalam 1 meter bisa menghasilkan/dibuat untuk 15 potong masker. Kain katun jenis kualitas biasa ini yang baru,itu dibelinya Rp25.000/ meter sedangkan katun jepang (lebih kilat) sampai Rp40.000,-/meter.

Daniar saat merapikan setiap masker yang sudah siap dibuatnya itu ke dalam bungkus plastiknya. (Foto:P4/Isya)
Upah Borongan
Sama halnya dengan Liza, bedanya Daniar (52) yang sehari-harinya juga berprofesi sebagai tukang jahit baju tempahan itu yang buka usaha kecilnya di rumahnya di Jalan Menteng II Medan itu, menerima tempahan masker kain dari seorang toke sekaligus pemberi modal bahan bakunya. Sudah 1.000 masker yang dibuatnya dalam dua kali tahap order yang diterimanya dari pemilik modal yang juga punya usaha konveksi di seputaran Jalan Bromo itu.

Melalui mesin jahit konventional miliknya, Daniar mengaku menjahit masker kain sebagai pekerjaan selingan ini untuk menambah penghasilan keluarganya. Disebutnya profesinya sehari-hari adalah sebagai tukang jahit pembuat baju dan celana tempahan.

“Saya ambil upah borongan masker belum sampai sebulan ini. Bahan bakunya dari toke itu semuanya. Alhamdulillah bisa menambah kebutuhan ekonomi keluarga saya,” ucap wanita paruh baya yang sudah 20 tahun berkutat mencari nafkah sebagai pelaku usaha kecil tukang jahit/tempah baju dan celana ini.

Disebut Daniar lagi, untuk masker buatannya itu dia mendapatkan upah perbuahya Rp1.000, dan diakuinya harga jual masker Rp2500/buah, bila jual per eceranya.

Untuk bahan bakunya ini istilah disebutnya terbuat dari kain lapis kawat yang biasa dibuat orang utk bahan baku tas jinjing, sebab itu harganya tergolong murah.

“Masker kain yang saya buat ini cuma selapis saja dan bahan pengikatnya dari jenis tali bantal makanya harga jauh lebih murah bang,” ujar ibu yang masih punya tanggungan anak gadisnya yang  kuliah di salah satu PTN di Medan ini.

Daniar mengaku kalau order/borongan masker yang diupahkan kepadannya itu tidak ada istilah batas target selesai. Bila satu hari sanggup dia selesaikan sebanyak 50 potong bahkan lebih, tergantung waktu dan kemauannya.

”Kalau kita mau dapat nambah lagi orderannya, maka cepat atau rajin lah kita membuat atau menyiapkanya,” tutur Daniar sembari ia merapikan setiap masker kain warna biru yang sudah siap dibuatnya itu ke dalam bungkus plastiknya.

Sama dengan Liza, ukuran kain bahan baku maskernya Daniar juga berukuran  bujur sangkar 20 x 20 cm namun memang cuma selapis saja kainnya.

Dia mengakui, masker buatanya itu menurut si pemilik modalnya memang lebih sering dipesan oleh organisasi sosial/perkumpulan dan komunitas agama untuk dibagikan kepada paraanggotanya dan masyarakat yang membutuhkan masker.

Terlepas kualitas bahan baku masker kain buatan kedua wanita yang ulet mencari nafkah itu, masker kain made in atau buatan UKM orang Medan ini  tidak kalah bersaing dengan masker standar yang dijual di Apotek. Sebab masker kain produk kedua wanita asal Sumatera Barat ini cukup memberi kontribusi sekaligus solusi, khususnya bagi masyarakat Kota Medan sekitarnya yang membutuhkan APD di tengah pandemi Covid-19 yang sudah mewabah di 200 lebih negara di dunia. [P4/M. Isya]



Komentar Anda

Berita Terkini