BI: Ekspor Utama Sumatera Terkena Dampak Dagang AS-Tiongkok, Ekonomi Masih Melemah

/

/ Kamis, 26 September 2019 / 18.06 WIB

Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat didampingi Dermina Sitepu, Deputy Pengembangan Ekonomi dan UMKM wilayah Sumut dan Achmad Darimy, Asisten Direktur Divisi Sistem Pembayaran saat memberikan pemaparan terkait perkembangan ekonomi nasional Sumatera, khususnya Sumut. [P4/isya]
Pilarempat.com, Tanah Karo | Ekspor utama Sumatera ke Tiongkok yang terkena dampak kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) –Tiongkok. Dimana sebagian besar berupa produk manufaktur olahan bentuk barang setengah jadi dan barang jadi.

“Product similarity analysis dari 60 komoditas ekspor terbesar Tiongkok dan Indonesia ke AS menunjukkan bahwa Sumatera sulit untuk mengambil peluang ini,"  kata
 Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat saat menjadi pembicara pada pelatihan dan Gathering dengan wartawan di Taman Simalem Resort, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Kamis (26/9/2019).
Dia menyebutkan, ekspor Sumatera untuk produk sejenis sangat minim, hanya sebesar 1,4 % dari total ekspor Sumatera ke AS mayoritas berupa peralatan elektronik seperti kabel dan lighting equipment.
“Terkait pertumbuhan ekspor Indonesia ke USA pada 2016 hanya 0,061 %. Angka ini meningkat menjadi 10,14 % di 2017. Namun, pada 2018 menurun drastis menjadi 3,71%,” sebut Wiwiek.

Total ekspor Tiongkok pada 2018 sebesar 563 miliar dolar AS.Total ekspor Indonesia 2018 18 miliar dolar AS. Pertumbuhan ekspor Tiongkok ke AS pada 2016 sebesar 4,51%. Angka ini meningkat menjadi 9,24 % di tahun 2017.Namun terjadi penurunan pada 2018 menjadi 7,12 %.
“Dalam hal ini Indonesia dapat mengisi perdagangan ekspor-impor yang direstrukturisasi oleh masing-masing negara (AS-Tiongkok),” ungkap Wiwiek.
Sementara itu, prospek ekonomi Indonesia 2019, BI memprediksikan di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% atau berkisar di level 5,1-5,5 % untuk proyeksi 2020.   

"Namun pertumbuhan secara nasional tersebut masih kita lihat dulu apakah pada trilwulan III ini apakah makin melemah? Sebab, ekonomi kita sejak triwulan I dan II tahun ini terus melemah samapi level 2,7 persen. Nah, bila mengalami penurunan terus, kita kuatirkan, 2020 malah bisa di bawah 5 persen," ungkap Wiwiek.
Terjadinya peningkatan menurut Wiwiek karena didorong konsumsi pemerintah di samping perbaikan jaringan ekspor yang signifikan di tengah kinerja konsumsi rumahtangga yang sedikit mengalami perlambatan dibanding sebelumnya,” ujarnya. [P4/isya]


Komentar Anda

Berita Terkini