![]() |
(foto: VivaNews/Ikhwan Yanuar)
|
Relis dari Reksadana
Manulife, Senin (19/08/2019) juga mengungkapkan bahwa kekhawatiran pasar akan
risiko resesi ekonomi meningkat setelah imbal hasil UST 2 tahun dan 10 tahun mengalami
inversi untuk pertama kalinya sejak 2007.
Inversi imbal hasil 10 tahun
dan 2 tahun dianggap oleh pasar sebagai sinyal akan terjadinya resesi. Indeks
S&P 500 ditutup melemah 1.03% dengan imbal hasil UST 10Y turun dari 1.74%
ke level 1.55%.
Data ekonomi AS yang dirilis
cukup positif, dengan penjulan ritel tumbuh 0.7% mounth of mounth (MoM) di
Juli kemarin, lebih tinggi dari ekspektasi 0.3%. Selain itu inflasi CPI juga
naik ke level 1.8% YoY di Juli, dari sebelumnya 1.6%.
![]() |
Foto: Ilustrasi.Binsi.com |
Bursa Saham Asia Berfluktuatif
Bursa saham kawasan Asia
juga bergerak fluktuatif di tengah sentimen perang dagang yang dinamis.
Pemerintah China menyatakan akan melakukan retaliasi apabila pemerintah AS
menerapkan tarif tambahan terhadap China. China menganggap Presiden Trump telah
melanggar perjanjian yang sebelumnya telah disetujui dengan Presiden Xi. Indeks
MSCI Asia Pacific ditutup melemah 1.02%. Data ekonomi yang dirilis China adalah
Industrial Production (Jul) tumbuh lebih rendah dari estimasi sebesar 4.8% YoY
dan Retail Sales (Jul) tumbuh lebih rendah dari estimasi sebesar 7.6% YoY.
Neraca perdagangan Indonesia bulan Juli mencatat defisit USD64 juta, lebih baik dari ekspektasi defisit USD420 juta. Ekspor mengalami kontraksi -5.12% YoY, dan impor kontraksi -15.21% YoY. IHSG bergerak fluktuatif pekan lalu, namun berhasil ditutup menguat terbatas 0.07%. Investor asing mencatat penjualan bersih IDR2.6 triliun di pasar saham. Pasar obligasi melemah 0.06% dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10Y naik dari 7.31% ke level 7.42%.
Pekan ini, pasar akan menantikan pernyataan dari Fed Chair Jerome Powell yang akan menghadiri simposium di Jackson Hole. Pasar akan memperhatikan sinyal arah kebijakan dari The Fed, terutama setelah terjadinya eskalasi tensi dagang baru-baru ini. Dilema bagi The Fed saat ini adalah data ekonomi AS yang baik mengindikasikan The Fed tidak perlu agresif menurunkan suku bunga, namun di sisi lain pasar mengekspektasikan penurunan suku bunga di tengah perlambatan ekonomi global.
Sementara itu. dari domestik, pasar menantikan rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI), di mana konsensus Bloomberg mengindikasikan suku bunga BI tetap pada level 5.75%. [P4/rel/sya]
Neraca perdagangan Indonesia bulan Juli mencatat defisit USD64 juta, lebih baik dari ekspektasi defisit USD420 juta. Ekspor mengalami kontraksi -5.12% YoY, dan impor kontraksi -15.21% YoY. IHSG bergerak fluktuatif pekan lalu, namun berhasil ditutup menguat terbatas 0.07%. Investor asing mencatat penjualan bersih IDR2.6 triliun di pasar saham. Pasar obligasi melemah 0.06% dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10Y naik dari 7.31% ke level 7.42%.
Pekan ini, pasar akan menantikan pernyataan dari Fed Chair Jerome Powell yang akan menghadiri simposium di Jackson Hole. Pasar akan memperhatikan sinyal arah kebijakan dari The Fed, terutama setelah terjadinya eskalasi tensi dagang baru-baru ini. Dilema bagi The Fed saat ini adalah data ekonomi AS yang baik mengindikasikan The Fed tidak perlu agresif menurunkan suku bunga, namun di sisi lain pasar mengekspektasikan penurunan suku bunga di tengah perlambatan ekonomi global.
Sementara itu. dari domestik, pasar menantikan rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI), di mana konsensus Bloomberg mengindikasikan suku bunga BI tetap pada level 5.75%. [P4/rel/sya]