Medan, Pilarempat.com | Bank
Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Sumatera Utara meresmikan
Rumah Produksi Kopi di Kecamatan Tiga Panah Karo, Kamis (2/5/2019). Rumah
produksi ini diharapkan dapat membantu dan mendorong Kelompok Tani Sinergi
Fajar Harapan Karo dalam memproduksi kopi.
Kepala BI Kantor
Perwakilan Wilayah Sumut, Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, Sumatera Utara (Sumut)
memiliki komoditi unggulan untuk diekspor. Selain sawit dan karet, kopi bisa
menjadi champion di pasar ekspor dalam menambah devisa untuk negara.
Wiwiek melanjutkan, kopi
di Sumut bukan hanya ada di Sidikalang, tetapi juga ada dari Kabupaten Karo.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, tanaman kopi di Karo ada sekitar
10-11 persen seperti jenis Arabika ataupun Robusta.
“Tetapi dari sisi kepopuleran,
kopi dari Karo belum terkenal. Karena itu, sejak 2016, BI sudah bekerjasama
dengan petani di sini, mereka memiliki komitmen yang keras untuk mengembangkan
kopi,” kata Wiwiek, di sela peresmikan Rumah Produksi Kopi, di Kecamatan Tiga Panah
Karo.
Menurutnya, dibanding
sawit dan karet, pangsa pasar kopi memang masih kecil. Namun, potensi ekspornya
cukup besar dan ini masih bisa berkembang baik dari segi harga ataupun
kualitas.
Karena itu, kata dia, BI
berupaya mengembangkan klaster komoditi kopi ini dengan memberikan Program
Sosial Bank Indonesia berupa rumah produksi kopi kepada Kelompok Tani Sinergi
Fajar Harapan Karo.
“Harapan kita,
masyarakat tiga panah bisa menjadikan kopi menjadi komoditas unggulan dan
petani di sini lebih sejahtera. Mari kita bermimpi bahwa kopi di Karo bisa
menjadi komoditi unggulan,” ucapnya.
Bupati Karo, Terkelin
Brahmana mengungkapkan, pihaknya sangat mengapresiasi bantuan BI kepada
Kelompok Tani Sinergi Fajar Harapan Karo. Bantuan ini diharapkan jadi pemicu
bagi petani agar lebih bersemangat dalam memproduksi kopi.
“Kalau bisa, pihak BI
membantu dari segi pemasarannya juga. Dan diharapkan petani di sini dapat
berkomitmen menjaga apa yang sudah diberikan oleh BI,” ujarnya.
Ketua Kelompok Tani
Sinergi Fajar Harapan Karo, Armen Ginting mengungkapkan, pihaknya
berterimakasih atas bantuan rumah produksi dari Bank Indonesia dan juga bantuan
alat-alat produksi dari Dinas Perkebunan provinsi Sumut. Dengan adanya rumah
produksi ini membantu para petani kopi dalam mempermudah produksi.
“Di kelompok tani ini
ada 25 orang yang bergabung. Sebelumnya, kami memproduksi kopi di rumah
masing-masing dan sekarang bisa bersama-bersama memanfaatkan rumah produksi,”
ucapnya.
Dijelaskan Armen, petani
kopi masih memproduksi dengan cara manual. Di Rumah Produksi Kopi ini, petani
dapat memproduksi dari awal sampai di kemasan dan kemudian di pasarkan ke Medan
dan Jakarta.
Ia menambahkan, hampir
90 persen penduduk di daerah ini sudah memiliki lahan kopi. Selain menanam
kopi Sigararutang, mereka juga mulai mengembangkan Komasti dan Andungsari.
“Di masa panen raya itu,
satu orang bisa panen 300 kg sampai 1 ton. Dalam 1 pohon bisa menghasilkan 7 kg
kopi. Harga kopi dari ceri merah Rp8.700, sudah jadi gabah Rp27.000 per kg dan
green Bean Rp80 ribu per kg dan Rp180 ribu per kilogram yang sudah di goreng,”
tandasnya. [P4/relis]