'Pashing Out' Gapoktan Klaster Bawang Merah Batu Karang Karo Binaan BI Sumut

/

/ Selasa, 23 Oktober 2018 / 06.23 WIB

Ketua Gapoktan Tebing Latersia, Batu Karang,Kab.Karo, Budi Tarigan, menunjukan kepada wartawan hasil panen bawang merahnya sebelum acara 'Pashing Out' Gapoktan T.Latersia oleh BI Sumut, di Batu Karang,Karo.
PILAREMPAT.com  |  Siapa sangka kalau hasil panen  kelompok tani  (Gapoktan) Tebing Latersia, Batu Karang , Kabupaten Karo cukup menjanjikan. Bayangkan dari semula panen perdana di tahun 2014 silam baru sekira  di bawah 10 ton per hektarnya (Ha), kini, bila cuaca cukup bagus, bisa mencapai 20-24 ton/ha.

Melihat indikatornya membuat Bank Indonesia (BI) Propinsi Sumut, tahun  2018 sebagai tahun Pashing Out atau saatnya melepaskan kemandirian Gapioktan Tebing Latersia tersebut.

Saat ini juga, kelompok tersebut mampu memproduksi benih bawang merah untuk kebutuhan penanaman di Iahannya masing-masing dan dapat menyimpan hasil produksi bawang merah di rumah bawang dengan kapasitas simpan mencapai 20 ton.

Kantor Perwakilan (KPw) BI Wilayah Sumut berharap, kerja sama yang baik ini dapat tetap terjalin dan klaster bawang Karo yang telah mandiri. Selanjutnya, klaster bawang kelompok tani Tebing Latersia akan dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo.

Sebagai salah satu komoditas unggulan utama di Sumatera Utara, permintaan bawang merah untuk konsumsi dan benih terus mengalami peningkatan. Namun, sentra pengembangan bawang merah, salah satunya di Kabupaten Karo, Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara dengan produktivitas rata-rata masih rendah yakni mencapai 8 ton per hektar.

“Angka ini masih lebih rendah dan rata rata produksi di pulau Jawa,” kata Demina Sitepu, Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sumut saat phasing out klaster bawang merah di Desa Batu Karang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Kamis (18/10/2018).

Hadir Wakil Bupati Karo Corry Sebayang, Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Karo Adison Sebayang, Camat Payung Jepta Tarigan, Sekdes Batu Karang Firdaus Bangun, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tebing Latersia Budi Tarigan.

Phasing out tersebut menandakan pendampingan terhadap Poktan Tebing Latersia, Desa Batukarang, binaan BI itu telah memasuki tahap akhir. Baru-baru ini BI juga melakukan phasing out klaster bawang merah di Desa Silalahi Sabungan, Dairi. Deputi Direktur KPw BI Sumut  Demina Sitepu menuturkan, pembinaan terhadap Poktan Tebing Latersia telah dilakukan selama empat tahun.

“Empat tahun Ialu, kelompok tani Tebing Latersia terpilih menjadi salah satu klaster binaan melalui program pengembangan UMKM Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara. Program pengembangan klaster bawang merah dilakukan secara bertahap dan multlyears, dari 2014-2017,” katanya.

Diungkapkannya, tahun 2016, merupakan tahun pengembangan program, dimana keberhasilan di tahun pertama diharapkan bisa mendorong kelompok tani binaan dan kelompok Iain untuk melaksanakan teknologi budidaya bawang merah sesuai dengan praktek budidaya yang baik (GPA, Good Agriculture Practice)

“Guna melahirkan klaster yang mandiri dan berkelanjutan, maka pada tahun 2017, fokus program adalah pembentukan Lembaga Keuangan/koperasi. Dan ini terus kita kembangkan,” katanya.

Ketua Poktan Tebing Latersia, Budi Tarigan menyampaikan rasa terima kasih kepada BI yang telah memberikan pendampingan dan bantuan kepada kelompok tani di daerahnya.

Dijelaskannya, produksi bawang di Kelompok Tani Tebing Latersia sudah mencapai 18 hingga 24 ton per hektare dari sebelumnya jauh di bawah angka itu. Hingga saat ini anggota Kelompok Tani Tebing Latersia sudah sebanyak 52 orang dengan luas areal 23 hektare.

“Dengan kondisi cuaca saat ini yang terus hujan, memang produksi bawang berkurang 20 – 30 persen. Kalau cuaca mendukung, bisa mencapai 24 ton per hektar,” sebutnya.

Budi Tarigan menyebutkan, pihaknya telah mengenal BI sejak tahun 2008, tapi baru pada 2014 mendapat binaan dari BI. “Pascaerupsi Gunung Sinabung, kami mendatangi BI untuk meminta bantuan dan direspon dengan baik, sehingga kami yang kehilangan mata pencaharian bisa berusaha lagi,” ugkapnya.

Menurut Budi, setelah dibina BI, banyak keuntungan yang diperoleh Poktan Tebing Latersia. “Nilainya tak terhingga. Banyak kali manfaatnya, terutama soal ilmu pengetahuan dan pelatihan,” ucapnya.

Penyerahan secara simbolis bantuan BI Sumut berupa alat tangkap hama bawang merah atau Light Trap yang diserahkan Sitepu kepada Ketua Gapoktan T.Latersia, Budi Tarigan.
Pemasaran
Diungkap Budi lagi, Bank Indonesia, sebelumnya telah mendatangkan narasumber/konsultan bawang dari Brebes dan dirinya juga berkesempatan untuk mengikuti pelatihan dan melihat langsung produksi bawang di sentra bawang Indonesia di Brebes dan studi banding ke Nganjuk, Jawa Timur.

Berdasarkan pelatihan dan studi banding itu, kata Budi, varietas bawang merah yakni Bauji, Maja, Nganjuk Jatim dinilai cocok untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Karo.

Budi mengungkapkan kendala yang dihadapi kelompok taninya terkait masalah pemasaran. Dengan Rp 8 ribu per kilo ‘harga tolak’ ke pasar, menurutnya masih belum menguntungkan petani. Idealnya, kata dia, harga bawang merah yang dijual ke pasar itu berkisar Rp 9.500 hingga Rp10 ribu per kilo, barulah mendapat untung sepadan.

Diakuinya, saat ini, memang kendalanya di pemasaranya. Untuk itu perluasan pemasaran termasuk memproduksi dan menjual benihnya diharapkan kontribusi dan arahan dari Dinas Pertanian Kab.Karo.

Menurutnya, kondisi banjir di daerah Jawa membuat harga bawang merah anjlok di Sumut.   Dirinya berharap, walau BI telah melakukan phasing out, namun tetap memonitoring kelompok taninya, setidaknya 3 bulan sekali.  “Kelompok Tani Tebing Latersia memang jalan terus setelah phasing out ini, namun kami minta BI tetap memonitoring kami,” harapnya. [P4]
Komentar Anda

Berita Terkini