MEDAN | PILAREMPAT.COM –Bulan Januari 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat seluruh kota yang termasuk dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengalami inflasi. Sehingga Sumut tercatat inflasi sebesar 1,03%.
Hal
ini dikatakan Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Sumut Dinar
Butar-butar. Ia mengatakan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga yang
mencapai 1,53% disusul Kota Medan sebesar 1,04%. Kemudian Pematangsiantar
sebesar 0,96%, Kota Gunung Sitoli sebesar 0,93%, dan Kota Padangsidimpuan
sebesar 0,90%.
“Bahkan
inflasi di Kota Sibolga merupakan tertinggi secara nasional,” ujar Dinar dalam
paparan press release bulanan yang berlangsung secara daring, Rabu (2/2/22).
Dinar
menyebutkan, inflasi yang terjadi di Kota Medan disebabkan karena adanya
kenaikan harga dari 7 kelompok pengeluaran. Yaitu kelompok makanan, minuman,
dan tembakau sebesar 2,57%, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar
rumah tangga sebesar 0,14%. Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan
rutin rumah tangga sebesar 0,90% kelompok transportasi sebesar 0,52%, kelompok
rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,02%, kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran sebesar 0,42% dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 0,74%.
Di
sisi lain, kelompok yang mengalami penurunan harga, yaitu kelompok pakaian dan
alas kaki sebesar 0,04% serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan
sebesar 0,12%.
“Sedangkan dua kelompok pengeluaran lainnya tidak
mengalami perubahan indeks, yaitu kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan,”
sebutnya.
Jika dilihat berdasarkan komoditi, lanjutnya, inflasi di Medan antara lain disebabkan kenaikan harga daging ayam ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, tomat, minyak goreng, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, dan angkutan udara.
“Untuk minyak goreng, hanya Kota Sibolga saja yang
tidak terkena andil kenaikan harga migor. Sementara kota lainnya juga
terdampak,” ungkap Dinar.
Sementara
yang memberi andil deflasi itu komoditi cabai merah, buah naga, dan termasuk
juga biaya administrasi transfer uang.
Dari 24 kota IHK di Pulau Sumatera, seluruh kota
tercatat inflasi. Inflasi tertinggi di Sibolga sebesar 1,53 persen dengan IHK
sebesar 109,81 dan terendah di Bandar Lampung dan Tanjung Pinang sebesar 0,38
persen dengan IHK masing-masing sebesar 109,04 dan 106,10. [P4/sya/rel]
antara lain disebabkan kenaikan harga daging ayam
ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, tomat, minyak goreng, ikan tongkol/
ikan ambu-ambu, dan angkutan udara.
“Untuk minyak goreng, hanya Kota Sibolga saja yang
tidak terkena andil kenaikan harga migor. Sementara kota lainnya juga
terdampak,” ungkap Dinar.
Sementara
yang memberi andil deflasi itu komoditi cabai merah, buah naga, dan termasuk
juga biaya administrasi transfer uang.
Dari 24 kota IHK di Pulau Sumatera, seluruh kota
tercatat inflasi. Inflasi tertinggi di Sibolga sebesar 1,53 persen dengan IHK
sebesar 109,81 dan terendah di Bandar Lampung dan Tanjung Pinang sebesar 0,38
persen dengan IHK masing-masing sebesar 109,04 dan 106,10. [P4/sya/rel]