Pengamat Ekonomi: Kuartal Ketiga, Pemda Diragukan Bawa Sumut Keluar dari Tekanan Ekonomi

/

/ Jumat, 14 Agustus 2020 / 08.52 WIB

 

Medan--Pilarempat.com | Kinerja ekonomi di kuartal ketiga untuk nasional  pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjaamin masih yakin akan kembali mencatatkan kinerja yang negatif. Diprediksinya,  besar kemugnkinan Indonesia akan masuk dalam jurang resesi menyusul negara lain yang sudah terlebih dahulu mengalami resesi. 

"Sejauh ini upaya yang dilakukan pemerintah masih mengandalkan bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat," tandas Gunawan Benjamin,pengamat ekonomi Sumut kepada Pilarempat.com, Jumat (14/9/2020).

 Menurutnya, hanya saja yang menjadi masalah selanjutnya adalah belanja pemerintah yang habis untuk belanja masyarakat itu hanya sekitar 16% dari PDB. Artinya memang sektor lainnya harus digerakkan, salah satunya sektor swasta. Dengan tren perkembangan ekonomi global yang juga mengalami perlambatan. Maka konsumsi domestik yang diharapkan jadi motor pertumbuhan menjadi satu-satunya andalan," ujar Gunawan Benjamin

Jika melihat perkembangan kinerja ekonomi nasional di kuartal ini dibandingkan kuartal kedua. Memang terlihat ada pemulihan. Tetapi kinerjanya masih lebih lambat dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu. Kalau melihat tren perkembangan CAD yang diperkirakan akan tetap positif di tahun 2020, dan angkanya masih dibawah kisaran 2% dari PDB.

 

Namun, data tersebut dengan jelas menyajikan bahwa ekspor yang mengalami penurunan belakangan ini juga diikuti dengan penurunan impor yang lebih besar. Sehingga CAD nya memang terjaga. Tetapi dengan jelas menunjukan bahwa aktifitas ekonomi mengalami perlambatan. Nah ini masalah mendasar yang membuat saya yakin kalau di kuartal ketiga ini pertumbuhan ekonomi masih akan negatif.

 

Potensi pertumbuhan ekonomi negatif mungkin akan berkisar antara 0 hingga -1.35 dikuartal ketiga ini. Meksipun tetap berpeluang akan saya ubah ekspektasinya dalam waktu dekat. Indikator yang paling mencolok terkait dengan kinerja ekonomi adalah realisasi deflasi yang kian menunjukan bahwa belanja masyarakat belum membaik.

 

"Untuk wilayah SUMUT, yang dikuartal kedua kemarin mengalami pertumbuhan negatif  2.3%. Sebenarnya juga tengah mengalami masalah yang juga tak kalah jauh berbeda dengan nasional. Hanya saja peluang SUMUT untuk tumbuh positif di kuartal ketiga sangat terbuka. Saya memperkirakan SUMUT akan mampu tumbuh positif dikuartal ketiga dalam rentang pertumbuhan 0.8% hingga 1.2%," ungkap Gunawan yang dosen Fakultas Ekonomi UISU Medan ini..

 

Walaupun ekspektasi saya tersebut masih terlalu dini. Dan masih besar kemungkinan akan saya revisi nantinya. Dikarenakan masih ada waktu 1.5 bulan lagi untuk dilakukan kajian terkait dengan perkembangan ekonomi SUMUT kedepan. Namun, jika melihat indikator yang ada saat ini, saya menilai aka nada potensi SUMUT mampu keluar dari resesi.

 

Hanya saja yang menjadi pertanyaan besar selanjutnya adalah sektor konstruksi di SUMUT belakangan terpuruk cukup dalam. Konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah masih mendominasi. Sektor wisata terpuruk, investasi turun, sektor manufaktur juga mengalami perlambatan. Dan yang tak kalah pelik adalah SUMUT juga mengalami rentetan panjang deflasi yang mengindikasikan daya beli juga tengah bermasalah.

 

Kalau melihat data, hampir semua kontribusi pertumbuhan ekonomi SUMUT dari sisi penawaran mengalami pertumbuhan negatif. Jadi PR buat pemerintah daerah untuk sekedar bertahan dari kemungkinan tekanan ekonomi agar tidak tumbuh negatif saja sudah demikian berat. Artinya saya pesimis dengan kemampuan pemerintah daerah dalam menstimulan pertumbuhan ekonomi. Dan kerangka kebijakan untuk keluar dari tekanan ekonomi masih banyak dimotori kebijakan pusat.

 

"Jadi sebaiknya kita persiapkan diri kita untuk kemungkinan skenario yang terburuk yang bisa saja terjadi. Yakni kita berhadapan dengan resesi. Mulai dari upaya yang terkecil dari kita sendiri yaitu tetap melakukan anjuran protokol kesehatan. Bagi pemeirntah lakukan upaya belanja yang lebih banyak memberikan faedah besar bagi perekonomian, khususnya dalam konteks menjaga daya beli masyarakat,"  jelas Gunawan. [P4/isya]

Komentar Anda

Berita Terkini