Meskipun Sumut Inflasi, Daya Beli Masyarakat Belum Pulih

/

/ Minggu, 31 Mei 2020 / 00.25 WIB
Gunawan Benyamin,S.Kom,MM

MEDAN-Pilarempat.com  | Sekalipun Sumut Inflasi, bukan berarti kondisi ekonomi pulih. Komoditas daging menjadi penyumbang terbesar kenaikan inflasi dibulan Mei 2020. 


"Dari perkembangan harga yang saya pantau, harga daging sapi rata-rata naik 2% hingga 5%. Sementara daging ayam naik sekitar 33%. Selain itu, komoditas yang mengalami kenaikan lainnya adalah bawang merah. Dimana harga bawang merah mengalami kenaikan rata-rata sekitar 34% hingga 39%," ungkap Gunawan Benyamin,SKom,MM, pengamat ekonomi Sumut kepada Pilarempat.com, Sabtu malam  (30/5/2020).

Sementara itu, sebut Gunawan, sejumlah kebutuhan pokok yang mengalami penurunan diantaranya cabai merah yang anjlok 12% hingga 15%. Sementara cabai rawit turun paling banyak sebesar 5%. Sementara gula pasir turun sekitar 8% hingga 11%. Dan bawang putih turun sekitar 15%.

Menurut dia, Kenaikan harga daging ayam dipicu oleh banyaknya peternak ayam mandiri yang lebih memilih menutup usahanya sementara. Dikarenakan selama terjadi pandemic harga daging ayam sempat  mengalami keterpurukan. Ditambah lagi dengan tren kenaikan harga ikan laut segar. Dimana harga ikan laut ini rata-rata mengalami kenaikan 30% hingga 40%.

"Untuk harga daging sapi saya pikir ini lebih dikarenakan tren permintaan yang mengalami kenaikan. Untuk bawang merah yang mahal, ini banyak disebabkan oleh buruknya jalur distribusi bawang dari luar wilayah Sumut khususnya dari pulau jawa selama PSBB. Padahal jika melihat tren perkembangan harga bawang merah di jawa itu berkisar 30 hingga 35 ribu per Kg nya. Sementara di Sumut harganya 50 hingga 55 ribu per Kg," papar Gunawan yang dosen UISU Medan ini.

Gunawan menilai, Sumut di bulan Mei ini berpeluang untuk mencetak Deflasi maupun Inflasi. Meski demikian saya menilai Sumut memiliki kecenderungan mencetak Inflasi. Kalaupun deflasi Sumut diperkirakan masih akan berada di kisaran 0.2%, sementara kalau inflasi dikisaran 0.3%, atau berkisar dalam rentang -0.2% s.d. 0.3%.

"Hanya saja saya menilai inflasi di Sumut ini bukan berarti terjadi pemulihan daya beli. Memang jika dibandingkan dengan bulan April, daya beli masyarakat Sumut di bulan Mei jelas lebih baik. Ada THR, Bantuan Sosial serta bertepatan dengan Ramadhan dan Idul Fitri. Namun jika membandingkan secara tahunan, antara periode yang sama tahun 2019 dan tahun ini, daya beli masyarakat Sumut jelas terpukul,"pungkasnya.


Gula Pasir di Pasar Tradisional  (foto: bbc)
Jadi kalaupun nanti Sumut mencetak Inflasi. Maka inflasi yang terjadi belakangan ini lebih dikarenakan sisi persediaan yang bermasalah karena banyak faktor, namun pada dasarnya karena pandemic corona. Sehingga jangan disimpulkan kalau seandainya nanti Sumut inflasi, lantas kita berkesimpulan bahwa ekonomi sudah pulih?

"Nah bagaimana kalau deflasi?, daya pikir wajar saja di tengah kondisi yang serba sulit seperti yang terjadi sekarang. Selanjutnya, PR pemerintah masih banyak, yang pertama bagaimana caranya menurunkan harga bawang merah maupun gula pasir yang terbilang masih bertahan mahal. Kalau untuk daging saya yakin mekanisme harga yang terbentuk masih sesuai dengan mekanisme pasar. Tetapi kalau bawang merah dan gula pasir, ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah," ungkap Gunawan. [P4/sya]
Komentar Anda

Berita Terkini