Hal itu dikemukakan Irman melalui telefon saat ditanya
wartawan di Medan, Sabtu (4/4/2020) menindaklanjuti pemaparan Gubsu Edy Rahmayadi
melalui Sekdaprovsu, Hj Sabrina sehari sebelumnya saat video conference di Posko
Gugus Tugas Provinsi Sumut.
Irman mengemukakan pemaparan Sekdaprovsu itu adalah benar
karena informasi kerentanan wilayah yang disampaikan itu berdasarkan hasil
simulasi tanggal 1 April 2020 yang berdasarkan data sehari sebelumnya.
"Data dimaksud maupun peta kerawanan itu dinamis dan
bisa berubah-ubah setiap waktu. Jadi yang disampaikan Ibu Sekda sangat berguna
bagi masing-masing wilayah untuk melakukan langkah-langkah konkrit di daerahnya
masing-masing," ujarnya seraya menyatakan Balitbang Sumut juga siap
memberikan masukan untuk memperkuat data tersebut.
Kepala Balitbangsu, yang melakukan Simulasi kerentanan suatu
wilayah bersama para pakar Dewan Riset Daerah, menyampaikan bahwa tingkat
kerentanan bisa berubah setiap waktu tergantung situasi dan data terkini.
"Statusnya bisa tetap, turun atau naik. Dalam kajian
Balitbang ada 4 aspek dominan yang mempengaruhi kerentanan daerah untuk saat
ini yaitu aspek epidemiologi, geografis, sosial, dan ekonomi," jelasnya.
Aspek epidemiologi meliputi antara lain data orang yang
meninggal di suatu wilayah, data yang positif, PDP dan ODP di daerah tersebut.
Sedangkan aspek geografis yang mempengaruhi adalah jika daerah tersebut sebagai
pintu masuk warga dari luar yang dikhawatirkan akan jadi "carrier"
bagi warga setempat.
Selanjutnya aspek sosial dan ekonomi yang akan mempengaruhi
kerentanan daerah jika masih tingginya aktivitas masyarakat di luar rumah (himbauan
"stay at home" tidak berjalan) dan dominannya pekerjaan masyarakat di
sektor informal yang kemungkinan akan masuk menjadi kelompok "kemiskinan
baru".
Oleh karena itu lanjutnya setiap daerah dapat mengetahui
kondisi daerahnya serta melakukan langkah strategis upaya mengantisipasinya.
Termasuk melakukan "refocusing" anggaran yang tepat sasaran
sebagaimana yang diuraikan Sekdaprovsu.
Tentang Kota Tanjungbalai yang kemarin berdasarkan simulasi
tanggal 1 April kerentanan wilayah masuk kategori merah, menurut Irman, hal itu
bukan karena faktor Covid 19.
"Jadi bukan faktor itu, melainkan dominan aspek
geografis, sosial dan ekonomi masyarakat. Saat dilakukan simulasi pada akhir
Maret 2020, berdasarkan data yang ada, masih beroperasinya rute Ferry dari
Malaysia sampai tanggal 17 Maret dan pada tanggal 18 sudah ditutup. Dalam
rentang waktu 14 hari dari kedatangan TKI yang cukup banyak, statusnya adalah
ODP," ujarnya.
Oleh sebab itu perlu diantisipasi jangan sampai meningkat
menjadi PDP dan positif terjangkit virus Covid 19. Kalau dalam rentang waktu
tersebut berkat upaya kerja keras pemerintah setempat berhasil dan tidak ada
kasus yang positif, maka status kerentanannya bisa turun jadi kuning atau biru.
Di sisi lain lanjutnya kemungkinan suatu daerah saat ini
nyaman bisa meningkat kerentanan tinggi jika ada variabel yang berubah
signinfikan. Pada hakekatnya tingkat kerentanan suatu wilayah adalah informasi
awal (early warning) bagi setiap daerah, agar melakukan langkah antisipatif
sebelum terjadi dampak yang besar.
Karena masalah ini sudah nasional, masyarakat tidak perlu
khawatir tapi tetap waspada karena yakinlah pemerintah pusat dan daerah akan
terus bekerja dengan sungguh-sungguh. Bagi kabupaten dan kota selain
menggunakan potensi yang ada, juga dapat meminta dukungan dari pemerintah
atasan berdasarkan kebutuhan dan kondisi kerentanan wilayahnya," ujarnya. (P4/rilis)